Minggu, 23 Januari 2011

ANAK - ANAK NELAYAN
20 Desember 2010 tommylovezacky 40 komentar
Desir angin laut yang dingin menusuk kulitku,kutarik sarung dari bahan kain tebal dan aku meringkuk karena dingin,gila kata hatiku.Kenapa aku mesti datang ketempat seperti ini, aku terpaksa tidur dib alai-balai bamboo yang ada di tepi pantai bersama anak2 nelayan yang kebetulan tidak melaut.
Tadi siang aku sampai di desa ini,sebuah desa nelayan di Jawa tengah bagian timur,desa ini berada dijalur pantura,aku datang kesini dalam rangka pemetaan wilayah untuk konservasi pantai.sebenarnya aku bias saja nginap di hotel dan kembali kedesa ini besok,karena desa ini dekat dengan kota dan berada dijalur pantura yang setiap saat ada bus jurusan Surabaya –Semarang yang lewat.tapi aku lebih memilih tinggal didesa ini karena ingin lebih mengenal karakter penduduk didaerah nelayan.Barang-barangku aku titipkan dirumah Bapak Kepala Desa,dan telah mendengar cerita dari Bapak Kepala Desa bahwa anak-anak nelayan terutama yang belum berkeluarga biasa tidur di tepi pantai diatas balai bambu atau diatas pasir yang bersih.Sebenarnya aku teklah disediakan kamar oleh Istri Pak Kepala desa,,namun aku lebih memilih berbaur dengan anak-anak nelayan dan tidur di tepi pantai.
“Tidur dirumah aja nak Anto,nanti kedinginan lho.” Kata Pak Kepala Desa ketika aku pamit untuk pergi kepantai.
“Maaf pak,saya ingin tidur di pantai,sekalian nati biar bias ngobrol dengan anak-anak desa ini,saya pengin tahu lebih dalam ttentang desa ini” jawabku.
“Baiklah,nanti kamu bersama Pras ke pantai dan ini untuk selimut biar gak kedinginan” Kata Pak Kepala desa sambil menyerahkan sarung dari bahan kain tebal warna biru kepadaku.
Tak berapa lama Pemuda yang disebut Pak Kepala desa dengan nama Pras muncul dengan hanya mengenalkan kaos dan sarung yang bahan dan warnaya sama dengan yang diberikan kepadaku.
“Ini Pras nak,Pras ini Mas Anto.nati temenin mas Anto ya.” Kata Pak Aris sang Kepala desa.
“ Ya, Pak .” Jawab Pras singkat.sambil mengulurkan tangan kepadaku dan kusambut,Genggaman Pras begitu kuat dan tanganya agak kasar,maklum anak nelayan Batinku.
Singkat cerita aku dan Pras sudah berada dib alai bamboo yang ada di tepi pantai,ada banyak sekali balai bambu berjajar di spanjang pantai desa ini dan kuperhatikan anak-anak nelayan dan beberapa orang dewasa duduk-duduk sambil ngobrol.Kami memilih balai bambu paling ujung dan hanya kami berdua disana.
“Mas Pras umurnya berapa?” tanyaku memecah kebisuan kami.
“Hampir 25 tahun mas,Kalau Mas Anto berapa?”Jawabnya sambil balik bertanya kepadaku.
“30 tahun” jawabku singkat
Kemudian Pras yang lebih banyak bercerita tentang kehidupan nelayan dan anak-anak nelayan di desa ini,dan yang paling menarik perhatianku adalah cerita tentang anak-anak nelayan yang suka mabuk dan melakukan sodomi kepada temanya sendiri untuk menyalurkan hasrat sexual mereka yang tergolong tinggi.
“Biasa mas anak-anak suka saling coli atau ada yang mau di”Mairil”(istilah sodomi didaerah ini)”Kata Pras “ Ah udah ngantuk nih mas tidur yok”katanya lagi sambil terus rebahan dibalai bambu sambil menarik sarungnya untuk selimut,aku mengikuti dan berbaring disisinya kami berdua diam dan tak lama kemudian terdengar Pras mulai mendengkur.Lama aku gak bias tidur dan terus membayangkan anak-anak nelayan yang begitu berotot dan aku juga membayangkan kontol mereka yang coklat tua dan bersunat.tapi untuk memulai aku takut.Aku tarik sarungku dan kemudian tertidur pulas.
Aku tersentak kaget saat merasakan dingin di bagian bawah tubuhku,dan ada yang meraba-raba pantatku kulirik Pras masih ngorok di sebelah kananku lalu ini tangan siapa dan kemana celanaku tanyaku dalam hati.Aku menggeliat dan pura-pura tetap tidur,Sarung yang kupakai semakin tersingkap keatas dan tangan kasar itu semakin buas meremas pantatku dan berusaha menusuk Asholeku dengan jarinya yang telah dibalur dengan ludahnya.Aku membalikan badanku dan sambil pura-pura tetap tidur aku lirik pemuda yang ada didepanku dan tanganya masih meraba-raba pantatku,sementara kontolku sudah ngaceng berat karena rangsangan dari tangan tadi.Kulihat seorang pemuda dengan body bagus dan otot yang menonjol di seluruh tubuhnya,dan kulirik kebawah tampak sebuah batang tongkat panjang dan besar berkilat diterpa sinar bulan yang mulai redup.aku terkesima dan kupandangi wajah pemuda didepanku yang tengah asik mengelus pantatku dengan mata terpejam dan kontol besar yang lagi ngaceng.aku gak tahan dan aku turunkan badanku dan kubuat gerakan cepat sehingga pemuda tadi tidak menyadari bahwa kontolnya kini sudah ada digenggaman tanganku.Aku mulai mencium kepala Kontol yang sudah mengeluarkan Precum dan tampapak berkilat itu.Pemuda itu rupanya menyadari keinginanku dan membiarkan aku melakukan apa saja yang aku mau.Dan tanganya kini pindah keatas kepalaku dan meremas-remas rambutku.aku terus saja menjilati ujung kepala kontol pemuda itu dan kemudian aku kulum dalam mulutku,kubuat gerakan maju mundur dengan ritme teratur dan lidahku terus bergerak memberilan sensasi yang luar biasa pada pemuda itu,terdengar lenguhan-lenguhannya yang penuh nafsu.
“Ooogrh,,,,,,,,aaagh,,,,,,,,,,,,,,,,,uuuh.”Aku tak peduli dengan apa yang terjadi.kugiring kontol pemuda itu mencapai puncaknya.dan saat puncak orgasmenya datang pemuda itu mencengkeram rambutku dan membenamkan kepalaku keselangkanganya dan muncratlah air kenikmatan itu dalam kerongkonganku dan kutelan habis tanpa sisa.Deru nafas pemuda itu makin melemah dan akhirinya tuyntas sudah birahi pemuda itu.tapi aku belum apa2 kontolku masih ngaceng.Aku kemudian bergerak naik dan menunggingkan pantatku kearah Pras sambil kucium pemuda yang telah memuntahkan lahar nikmatnya dan kini tengah berenang dala lambungku.Rupanya Pras dari tadi telah memperhatikan kegiatan kami,serta merta anak ini merangkulku dan menarik tubuhku kearahnya,kemudian dengan kasar Pras menusukan kontolnya yang tak kalah besar dengan milik Pemuda tadi.
“Arrrrrgh”erangku,karena sakit,tapi Pras tidak peduli dengan kasar dia sodokan batang kontolnya dalam lubang anusku,aku kesakitan tapi kontolku semakin tegang dan berkedut.Setelah batang kontol itu masuk seluruhnya Pras membuat gerakan maju mundur dengan ritme yang teratur,kadang menghentak,kadang pelan.sementara mulut Pras menciumi belakang telingaku dan juga leherku.
“Gila enak betul lobang orang kota ini”seru Pras disela nafasnya yang makin memburu.
“Sedotan mulutnya malah lebih enak”celetuk Pemuda didepanku yang kini tanganya asik mencoli batang kejantananku dan bibirnya terus menciumi pipi dan bibirku.Sementara aku mendapatkan sensasi luar biasa dari dua pemuda nelayan ini,aku mengerang-erang sejadi-jadinya dan saat pertahananku jebol,seluruh tubuhku mengejang dan crot………………croooooooooooooooooooot………..crot.Air kenikmatan yang keluar dari kontolku menyembur mengenai dada dan perut pemuda yang ada didepanku.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh” erangku panjang dan orgasmeku memacu pula orgase Pras,pemuda ini membenamkan batang kontolnya yang besar dan panjang kedalam lonagku dan terasa menembus ususku sertamerta Pras merangkulku dengan ketat dan seolah tak ingin melepaskanku,saat itu aku rasakan beberapa kali kedutan dalam anusku dari kontol Pras yang menyemburkan lahar panas ddan nikmat dalam lobangku.
“Ooooooooooooooooh,aaaaaaagh,”.erang Pras.
Sesaat Kemudian semua sunyi dan hanya dengkur kami bertiga yang terdengar karena kami telah lelah mengarungi samudra dan kini terdampar ditepian pantai.
Esok paginya kami bangun dan kembali ketempat masing-masing sambil berjanji untuk ketemu lagi nanti malam.Aku dan Pras kerumah Pak Kepala desa dan Pemuda tadi yang kukenal dengan sebutan Romlan kembali kerumahnya.
“Gimana tadi malam nak Anto,tidurnya pulas dan tak diganggu sama anak-anak Khan.? Tanya Pak Kepala Desa.
“ Pulas Pak makasih.”Jawabku sambil melirik kearah Pras yang tersenyum penuh arti kepadaku.

 MALAM  YANG INDAH

Udara dingin menyengat sekujur tubuhku. Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Malam itu aku suntuk, kedua orang tuaku sedang dinas keluar kota. Pikiran kotor membawaku ke lamunan mesum, entahlah malam itu aku melamunkan seorang satpam dealer mobil di sebelah rumahku. Perawakannya tinggi, tubuhnya kekar, dan mukanya hitam manis. Setiap kali aku melewati dealer mobil itu, ia selalu tersenyum kepadaku.
Aku bermasturbasi sebentar, lalu terlintas dalam pikiranku untuk ‘menjenguknya’, hal itu memang sudah biasa kulakukan. Tanpa mengenakan sehelai kainpun aku melompat keluar lewat jendela kamarku. Dengan sangat berhati-hati aku berjalan menuju pekarangan belakang rumahku. Udara dingin semakin menusuk sekujur tubuhku. Dari belakang rumah dengan mudah kupanjat dinding menuju bagian belakang dealer mobil. Baru saja kuinjakkan kaki di sana, aku tersentak kaget saat melihat dia sedang buang air kecil, aku terdiam, mataku segera menuju bagian kemaluannya, ukuran penisnya yang begitu besar dan panjang membuatku terpana, belum pernah kulihat penis sebesar itu sebelumnya, membuatku horny banget.
Ia langsung menyadari keberadaan diriku, jantungku berdetak kencang, dapat kurasakan rasa malu bercampur hornyku yang sudah memuncak, aku membalikkan tubuhku memandang tembok, dan ingin rasanya segera memanjat tembok itu, namun kedua kakiku sudah terkulai lemas, rasanya tak sanggup lagi. Ia segera menghampiri diriku, kurasakan suara langkah kakinya semakin dekat.
“Loh kamu ngapain disini? Hayo tadi ngintipin Om yah?” rasanya mulutku tak sanggup membalas perkataannya.
“Kamu nggak kedinginan? Ck ck ck.. Mulus banget body kamu, sexy lagi..” kurasakan wajahku memanas.
“Mau nggak temenin Om malam ini, Om janji nggak kasih tau orang laen deh..” saat itu rasanya seperti disamber geledek, rasa gelisahku langsung memudar, kurasakan penisku mengeluarkan cairan yang mengalir ke paha kananku, aku semakin horny, entah kenapa aku menganggukkan kepalaku tanda setuju dengan permintaannya.
Aku terperanjat kaget saat mengetahui dirinya sudah mendekap diriku dari belakang. Kedua tangannya sudah melingkari perutku, kurasakan kedua tangannya yang besar dan sangat kasar, ia mulai menciumi leherku, kurasakan lidahnya bermain liar di sana, belum lagi saat lidahnya mulai bermain di telingaku.
“Emmh..” tak kusadari aku mengerang akibat kenikmatan yang mulai kuterima.
Mendengar eranganku, lidahnya semakin menggelitik lubang telinga kananku. Tangannya mulai menuju penisku lalu tanpa aba-aba lagi ia mulai mengocok lembut penisku yang saat itu sudah mengeras. Tangannya yang satu lagi terus memijat, mengelus dan kadang mencubit kasar kedua putingku. Kurasakan penisnya semakin menonjol dari dalam celananya, dan digesek-gesekkannya tepat di belahan pantatku.
Eranganku semakin menjadi-jadi, tangan kananku menjambak rambutnya, tanda baginya untuk terus memainkan lidahnya, sedang tangan kiriku meraba penisnya. Ia tahu tak lama lagi aku akan ejakulasi, dengan segera ia menghentikan permainannya, ia berbisik..
“Isep dong kontol Om, udah keras nih..”
Segera kubalikkan tubuhku menghadap dirinya dan kukulum bibirnya yang memerah, lidah kami terus beradu di dalam, sambil mulai kulepaskan kancing bajunya satu per satu, kuraba kedua dadanya yang berbulu lebat, kujilat dan kugigit lembut kedua putingnya, ia mulai mendesah, “Aahh.. Ahh”.
Aku mulai berlutut, kulepaskan celananya, saat itu tercium bau pesing yang menyengat dari cawat putihnya, bulunya yang sangat lebat banyak keluar dari cawatnya. Saat itu, rasa hornyku telah menguasai seluruh pikiranku, tanpa merasa jijik lagi kujilat ujung penisnya yang masih di dalam cawatnya yang basah, entah karena air seninya atau cairan precum.
Ia kembali mendesah. Saat kuperosotkan cawatnya, penisnya yang sudah tegang segera menyembul keluar mengenai bibirku. Aku kembali terpana melihat ukurannya yang sangat besar, entah apakah bisa masuk ke dalam mulutku, tanganku mulai mengocok lembut, kulihat kepala penisnya memerah akibat permainan tanganku. Selang beberapa detik, ia kembali memintaku untuk mengoral penisnya, sejujurnya aku belum pernah melakukan oral seks, hanya seringkali kusaksikan di film-film porno, oleh sebab itu aku sangat tertarik untuk mencobanya.
Aku mulai mendekatkan bibirku, kusentuhkan sekali lagi dengan kepala penisnya, lalu kujilat lubang kencingnya, kudengar desahan kenikmatan. Kubuka mulutku, dan mulai kucoba memasukkan batang kemaluannya, saat itu rasanya tidak ada ruang yang kosong lagi di rongga mulutku. Saat kucoba untuk memasukkan seluruh bagian penisnya, kurasakan ujung penisnya telah mentok di saluran kerongkonganku yang paling dalam, padahal masih ada kira-kira 1/4 bagian penisnya di luar mulutku, kubayangkan betapa panjangnya ukuran penisnya itu.
Bulu-bulunya yang lebat membuatku kesulitan untuk bernafas. Kulakukan gerakan maju mundur, penisnya terus menggesek rongga mulutku, lidahku terus merasakan urat-urat penisnya yang semakin menonjol, terkadang kubantu dengan kocokan tanganku. Kukulum buah pelirnya, selama itu ia terus menjambak kasar rambutku, dan terus mendesah, kudengar desahannya semakin kencang, kupercepat tempo permainanku, hingga akhirnya kurasakan ia memuncak, tubuhnya kaku, dan penisnya menegang keras lalu menyemburkan cairan hangat yang membanjiri rongga mulutku, saking banyaknya ada yang menetes keluar dari mulutku.
Aku kaget saat jari tangannya mulai menjepit hidungku, dipaksanya aku untuk menelan habis seluruh air maninya. Setelah itu, dibantunya aku berdiri, didekapnya erat tubuhku, kami kembali bercumbu mesra, dikulumnya kedua bibirku, kubalas mengulum bibirnya. Lidah kami terus mengadu lincah. Keringat kami bercampur menjadi satu, tubuh kami terus menempel erat, dan penisku terus kugesekkan dengan penisnya, sambil diterangi cahaya bulan.
Kami bercumbu cukup lama. Setelah itu, ia menggenggam tanganku mengajakku ke pos satpamnya, karena situasi sangat sepi, kami berani berjalan lambat melintasi bagian depan dealer. Karena kedua tubuh kami masih belum dilapisi sehelai kainpun. Sesampainya di sana ia mengambil sebotol pil, yang kutebak adalah Viagra, kami meminumnya masing-masing 2 butir. Kami kembali bercumbu liar di sana. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya di atas meja.
Mulai kurasakan efek Viagra, yang rasanya seperti membakar sekujur tubuhku, kulihat iapun merasakan hal yang sama. Kedua putingku menjadi sangat tegang, dan dengan cepat penis kamipun mengeras, sambil terus bercumbu kukaitkan kedua kakiku ke belakang tubuhnya, tangannya yang nakal kembali memijat, mencubit kasar kedua putingku. Setelah cukup lama kami bercumbu, ia kembali berkata..
“Sekarang Om mau cobain punya kamu, boleh yah?” kembali kuanggukkan kepalaku.
Ia mulai berlutut, diletakkannya kakiku di atas meja, aku mengangkang kubuka lebar-lebar kedua kakiku, ia terdiam mungkin terpana melihat penisku yang tanpa jembut itu, karena belum lama baru saja kucukur habis. Tanpa aba-aba lagi ia mulai menjilati penisku, dengan mudah ia melahap habis seluruh bagian penisku sepanjang 13 cm. Dengan mulutnya yang sangat terampil ia mulai mengocok penisku, layaknya sedang menikmati es mambo.
Tak tahan aku menerima kenikmatan yang tiada tara itu, aku terus mengerang tertahan, giliran kedua tanganku terus menjambak kasar rambutnya. Tak selang berapa lama aku tahu akan segera ejakulasi, ia pun langsung melambatkan tempo permainannya, dikulumnya kedua pelirku, dan terkadang dijilatnya lubang anusku. Tak tahan rasanya menerima rasa geli yang terus menggelitik bibir anusku.
Saat ia kembali memijat penisku dengan mulutnya, tiba-tiba sekujur tubuhku menegang kaku, akupun segera memuntahkan lahar panas ke dalam mulutnya, kurasakan cairan spermaku cukup memenuhi rongga mulutnya, saat itu anehnya aku tidak merasa letih sedikitpun, malah rasanya aku semakin horny. Mungkin akibat Viagra yang telah kutenggak. Ia kembali bangkit berdiri, dengan segera ia mendekap dan menyambar kedua bibirku.
Entah kenapa ia sangat menyukai bercumbu denganku, aku kaget saat ternyata di dalam mulutnya masih tersimpan cairan spermaku, kujilat habis spermaku sendiri dari dalam mulutnya, terkadang ia kembali mencumbui leherku dengan penuh nafsu. Saat itu keringat kami kembali bercucuran, baunya sampai memenuhi ruangan pos. Sebenarnya aku ingin segera pulang, tubuhku telah lengket dengan keringat, namun aku belum mampu menahan nafsu yang masih membara. Kulihat ia mengambil kunci, lalu berkata..
“Kita cobain mobil di dalam yuk..” sambil terus menarik tanganku keluar dari pos satpam.
Kami berlari kecil dan masuk ke ruangan showroom mobil. Kulihat di sana terpajang 7 buah mobil berlainan jenis, ia mengajakku masuk ke salah satu mobil, yakni BMW 318, ia duduk dia jok belakang, dan memintaku untuk menduduki dirinya, tanpa menunggu lagi aku langsung masuk ke dalam, duduk mengangkang dengan tubuh berhadapan dengannya, dengan kedua pantatku di atas pahanya. Kami kembali bercumbu mesra disana, sambil tangannya terus mengelus kedua paha dan kakiku, kurasakan AC yang telah dinyalakannya tepat menyembur punggungku yang basah. Kedua tanganku terus memijat lembut kedua putingnya, terkadang aku kembali menggigit dan menjilati kedua putingnya, ia pun terus mengerang. Lalu, tak lama kemudian ia kembali berkata..
“Om horny banget liatin pantat kamu tadi, sekarang Om mau anal, boleh yah”, saat itu sebenarnya aku ingin menolak mengingat besar penisnya yang kurasa tak mungkin bisa masuk ke dalam anusku, namun entahlah mungkin karena birahiku atau karena olesan ujung penisnya yang sudah basah di bibir anusku saat itu, aku mengijinkannya.
Kucoba perlahan memasukan batang kemaluannya dibantu dorongan tangannya yang terkesan memaksa. Aku menjerit tertahan saat ia terus mencoba memasukkan penisnya, kusadari lubang anusku terlalu kecil untuk ukuran penis sebesar itu. Dengan cukup kesal ia kembali berkata..
“Kamu masih perawan, lobangnya masih sempit banget, Om bantu yah”.
Segera ia keluar dari mobil, tak tahu apa yang sedang ia perbuat, tiba-tiba ia sudah masuk lagi dengan borgol dan tongkat besi miliknya, entah kenapa ada rasa takut yang muncul saat kulihat benda-benda itu, sehingga kuturuti semua perintahnya, ia minta aku berlutut di kedua jok depan (masing-masing kaki pada jok berlainan), dan kedua tangan di dashboard bawah mobil, lalu dengan tiba-tiba ia memborgol kedua tanganku dengan salah satu kaitan di sana, entah dengan apa itu aku tak jelas melihatnya. Dengan kengerian, aku berkata..
“Om mau ngapain, jangan gini dong, pegel nih”, karena posisi tubuhku yang mirip posisi anjing, sementara semburan AC tepat di depan mukaku.
Aku berusaha melepaskan diri namun ikatannya membuat tubuhku tak berdaya, apa lagi dengan kedua kakiku yang diikat dengan seatbelt mobil. Tiba-tiba kurasakan ada yang menyentuh bibir anusku dari belakang, pandanganku cukup terbatas saat itu, benda itu terus mengolesi anusku dengan cairan mungkin air liur, sampai akhirnya kusadari kalau itu adalah tongkat besi. Rasa ngeriku memuncak seraya aku pun berteriak..
“Jangan dong.. Jangan Om.. Jangan pake gituan.. Ampun Om..”
Nampaknya ia tidak mengindahkan seruanku, jari tangannya yang satu terus melebarkan bibir anusku, sedang yang satunya terus mendorong tongkat untuk masuk. Kurasakan tongkat mulai merobek perlahan bibir anusku. Aku pun menjerit sampai akhirnya kusadari aku menangis karena rasa sakit yang kuterima, kulihat dari anusku mulai mengeluarkan darah segar mengalir di kedua pahaku. Aku terus memohon untuk berhenti, namun ia terus acuh. Sampai akhirnya tongkat berhasil menembus masuk, rasa sakitku serentak mereda, perlahan tongkat terus menggesek lubang anusku masuk ke dalam, sesaat 1/2 tongkat lebih telah masuk dan terasa mentok di ujung usus besarku, penisku kembali menegang, iapun mulai menggerakkan tongkat maju mundur, terus menggesek dinding usus besarku, semakin lama gerakan semakin cepat, saat itulah rasa nyeriku hilang, berganti rasa panas bercampur horny yang tiba-tiba bergejolak dari anusku. Entah kenapa aku mulai mengerang..
“Emmh.. Oohh.. Errghh”
Mendengar eranganku ia semakin menjadi-jadi, diputarnya tongkat sambil terus digesekkan ke langit-langit lubang anusku, kurasakan lubang anusku mulai dipenuhi cairan akibat rangsangan tongkatnya di dalam anusku. Mendadak permainannya dihentikan, dicabutnya tongkat dari dalam anusku. Kurasakan anusku telah melebar, ia kembali menjilati anusku, sambil terkadang mencocol-cocol lidahnya ke dalam lubang anusku, lidahnya terus menggelitik di sana, akupun terus mendesah.
Hingga akhirnya, untuk kedua kalinya ia mencoba memasukkan batang kemaluan raksasanya ke dalam lubang anusku, seraya aku kaget merasakan sesuatu yang ‘lebih besar’ dari tongkat tadi menyentuh bibir anusku, penisnya mulai menerobos masuk, kurasakan kepala penisnya sudah berhasil masuk, aku kembali menahan rasa sakit yang sangat.
Aku menjerit tertahan, ketika penisnya telah seluruhnya masuk kedalam anusku, iapun mulai menghunjam anusku bertubi-tubi, tanpa ampun gesekan demi gesekan terus kuterima, dapat kurasakan urat-urat penisnya disana, lubang anusku semakin panas, akupun semakin horny. Kusesuaikan irama gerakan tubuhku dengan gerakan penisnya. Tangannya mulai menggerayangi sekujur tubuhku, dipijat dan dielusnya kedua putingku, saat itu rasanya aku semakin ‘terbang’.
Ia memanjakan anusku dengan pola gerakan penisnya yang berubah-ubah dan penetrasinya yang cepat. Aku terus mengerang, gerakannya semakin cepat, hingga akhirnya mendadak cengkeraman tangannya di pinggangku mengeras, begitu pula dengan penisnya di dalam anusku. Ia berteriak, dan untuk kedua kalinya ia ereksi, semburan cairan hangat terasa hingga ke ulu hatiku, kurasakan cairan spermanya menggenangi lubang anusku.
Tak lama ia mencabut penisnya, seraya sebagian spermanya mengalir keluar, kulihat cairan merah muda, mungkin spermanya bercampur darahku, kembali mengalir di kedua pahaku. Ia segera melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku, lalu jatuh duduk lemas di jok belakang. Akupun segera duduk di atas dirinya di jok belakang. Dengan cekatan ia mendekap tubuhku dari belakang, tangannya kembali melingkari perutku. Saat itu kami berdua kembali bercumbu secara menyamping. Tak lama ia berkata..
“Om puas malem ini, kamu mau yah jadi pacar Om”.
“Saya juga puas banget Om, bisa muasin horny Om, tapi kalo mo jadi pacar saya, Om musti muasin saya sekali lagi”.
Ia tampak terkejut, “Hah? Sekali lagi.. OK siapa takut”, kami berdua tersenyum gembira.
Segera kusesuaikan posisi lubang anusku dengan penisnya yang sudah kembali menegang, dan “Bless..”, dengan mudah penisnya masuk kedalam anusku yang sudah membesar. Kedua tanganku mencengkeram pegangan tangan di kedua sisi mobil. Tangannya segera kembali menggerayangi kedua putingku, yang satu lagi mengocok lembut penisku. Dengan posisi seperti seorang ibu yang sedang memangku anaknya duduk itu, mulai kugerakkan tubuhku naik turun, semakin lama semakin cepat, sementara lidah kami kembali beradu lincah di dalam mulut kami yang menyatu. Kocokan tangannya di penisku pun semakin cepat seraya gesekan penisnya di dalam anusku. Kami berdua terus mengerang, hingga akhirnya ia mendesah..
“Om mau keluar say..”
“Saya juga mo keluar Oom, bareng yah..”
Tak lama tubuh kami berdua kembali menegang keras, aku kembali ejakulasi, kusemburkan spermaku di telapak tangannya yang sudah siap menadah, secara bersamaan ia menyemburkan lahar panasnya untuk kedua kalinya di dalam anusku, kini semprotannya semakin terasa di dalam usus besarku. Desah nafas kami terus menderu, detak jantungnya terasa di punggungku. Tiba-tiba ia mendekap mulutku dengan telapak tangannya yang penuh dengan spermaku. Kujilat habis seluruh cairan di situ, namun tak segera kutelan, kusimpan didalam mulutku, setelah itu segera kusambar bibirnya, kami kembali bercumbu, dengan mesra kami berbagi sperma di dalam mulut kami yang menyatu, sementara penisnya masih terus tertanam di dalam anusku.
Jam mobil menunjukkan pukul 1, tak terasa kami telah bercinta selama 3 jam, kami tertidur kelelahan di dalam mobil, masih dengan posisi seperti itu. Pukul tiga kami terbangun, akibat efek Viagra yang masih mengalir di dalam tubuh, kami kembali bercinta “dua kali” berturut-turut dalam posisi seperti itu. Sungguh perkasa pria itu, aku berkata dalam hati kecilku. Setelah itu aku segera ‘pamitan’ dan pulang.
Semenjak kejadian malam itu, aku semakin rajin datang berkunjung kesana, apalagi saat aku sedang sendirian. Sungguh takkan pernah terlupakan kencan pertamaku dengan lelaki yang sangat perkasa itu. Pengalaman oral sex dan anal sex bersamanya adalah kenikmatan yang tiada duanya.


Aku bukan kurang mendapatkan kasih sayang, justru sebaliknya aku dilahirkan sebagai seorang Kakak laki-laki yang harus memberikan kasih sayang kepada adik-adikku. Tapi kehidupan bukan kita yang mengatur, kasih sayangku tertahan tidak dapat tarsalurkan, hanya kesepian dan kekosongan hidup yang kuperoleh. Sampai suatu ketika saat aku telah dewasa kutemukan kembali dan kubuka hati yang kosong untuk menaburkan kasih sayang kepada adikku yang justru tidak terlahir sebagai adik kandungku.
*****
“Eehkk ahh ahh” desahan suara yang sangat pelan dari mulutku.
Kondisiku masih di ambang kesadaran, benar-benar kurasakan kenikmatan walau masih dalam kondisi antara setengah sadar dan setengah tidur. Penisku mengeras dan terasa hangat di dalam kurungan mulut bocah kesayanganku.
“Ton.. sudah berapa lama kamu lakukan itu?”
Ah percuma saja suaraku, anak ini sangat cuek, tidak pernah menggubris omonganku jika dia sedang menikmati perbuatannya seperti ini. Kubiarkan saja kenikmatan ini terus menjalar ke sekujur tubuhku dan kurasakan puncak kenikmatanku akan tiba. Dengan suara desah yang semakin panjang akhirnya aku mencapai klimaks dengan semburan spermaku ke dalam mulut antony yang masih terus menghisapnya, seakan ingin mengurasnya hingga mengosongkannya dari dalam penisku.
Baru kusadari celanaku telah dilepaskan hingga sedengkul, ternyata Tony melakukannya sendiri tanpa sepengetahuanku saat aku tertidur lelap. Tapi itu bukan hal penting aku juga merasakan seperti yang dirasakan Tony.
Kenikmatan yang baru kualami membuat kesadaranku kembali normal. Tony telah merubah posisinya dengan melepitkan kedua pahanya di antara leherku. Kupandangi batang penisnya yang sudah membesar dan melintang di atas mulutku hingga mencapai hidungku.
“Akan kulakukan yang kau mau sayangku”
Aku menjulurkan lidahku menjilat kulit penisnya dan kuarahkan terus mencapai ujung penisnya dalam niatku ingin kunikmati dan kukulum dalam mulutku.
Antony melepaskan suara desah rasa nikmat bahkan bukan sekedar desahan lagi mulai dengan kata-kata yang menikmati “Teruskan Kak! teruskan saja! aah ahh ahh”.
Di antara permohonan dan perintah semuanya kulaksanakan demi rasa sayangku kepadanya. Tekanan di dalam mulutku semakin kuat, penis Tony makin mengeras bahkan dapat kurasakan gerakan otot-otot penisnya.
Akhirnya tembakan cairan hangat yang sangat cepat keluar dari penis Tony hingga mencapai dalam kerongkonganku. Kuhisap terus sisa-sianya yang masih mengalir seperti yang dilakukan Tony terhadapku sebelumnya dan kutelan semua sperma Tony yang terasa agak asin. Aku ingin sperma bocah kesayanganku masuk ke dalam perutku dan menyatu di dalam tubuhku, kupeluk erat tubuhnya yang kelelahan, kucium keningnya, rambutnya dan berbisik ke kupingnya, “Tony segala-galanya bagi Kakak, Kakak mencintaimu melebihi apapun di dunia ini”.
Aku meraih arlojiku di atas meja tempat tidur dengan gerakan tangan yang terbatas karena Tony masih terlelap dalam dekapanku. Kulihat jam telah menunjukkan pukul 04.50 WIB. Aku telah berniat berolah-raga bersama Tony mengelilingi lapangan monas di hari minggu ini. Kugeser tubuh Tony yang masih terlelap dengan pelan dan penuh kasih sayang supaya tidak membangunkannya.
Setelah aku merapikan diri dengan berpakaian sport, aku minum segelas air dingin dan tegukkan yang terakhir kutahan dalam mulutku. Beginilah caraku membangunkan Tony, kutempelkan bibirku dengan bibirnya kemudian kualirkan air yang masih terasa dingin ke dalam mulutnya. Di saat kurasakan rangkulan kedua tangan Tony di leherku ini berarti aku tidak perlu mengeluarkan suara lagi untuk membangunkannya. Kuangkat tubuhku dengan dorongan kedua tanganku ke tempat tidur kemudian aku mendekap tubuhnya, kuingin Tony merasakan besarnya kasih sayangku kepadanya.
“Ayo kita harus cepat, supaya kita bisa punya banyak waktu di sana sampai di usir mister matahari”.
Dengan perasaan yang segan dan masih ingin di manja Tony bangun menuju kamar mandi.
Sungguh menyenangkan jika berolahraga pagi bersama orang yang sangat kita cintai. Kami mengelilingi lapangan monas berlari sambil memandangi sekelilingnya yang penuh dengan warga Jakarta yang senang berolahraga pagi. Irama gerakan kami teratur dan terdengar jelas suara hentakan sepatu kami yang menghentak jalan.
Setelah cukup lama berkeliling kami mulai kelelahan, gerakanku mulai tidak teratur. Kami masih berlari sambil memandang ke arah anak-anak yang sedang bermain bola. “Duk..” suara orang terjatuh yang terdengar agak keras saat menoleh ke belakang, astaga Tony jatuh tersandung. Secepatnya aku mengandeng Tony berdiri, Tony terdiam wajahnya masih terlihat kelelahan. Kemudian aku membawa Tony duduk di bundaran taman yang cukup ramai.
“Sakit nggak sayang? Lutut kananmu luka berdarah” tanyaku dengan penuh kasih sayang.
“Agak perih Kak” jawabnya.
“Tunggu di sini bentar ya! Kakak ambilkan betadine di mobil”
Sambil berlari aku menuju mobilku yang kebetulan posisinya tidak terlalu jauh.
Aku membersihkan lukanya kemudian kuteteskan betadine kebagian lukanya.
“Adu.. h sakit Kakak, perih! sakit sekali Kakak” suara Tony agak menjerit kesakitan membuat perhatian orang-orang di sekitar sana.
Aku memeluknya dengan kuat kucium rambutnya “Tahan sayang, sebentar aja kok nanti juga hilang sakitnya”.
Suara Tony mengaduh kesakitan masih terngiang di kupingku, aku menatap di sekelilingku dengan mata berkaca-kaca. Kupandangi keadaan di sini sudah banyak perubahan, aku duduk di posisi persis saat aku memeluk Tony yang mengaduh kesakitan dua tahun yang lalu. Hatiku mulai pedih kembali jika aku mengingatnya, aku menjadi serba salah. Kulihat banyak orang-orang yang sedang berlari pagi tapi aku sendiri sangat malas melakukannya,
Aku hanya memandangi terus sekeliling dan pada saat bertepatan aku beraduh tatapan dengan seorang remaja mengenakan pakaian olaharaga Nike. Kami sempat saling memandang beberapa detik dan aku memperhatikan pakaiannya ternyata dia menggunakan satu set penuh pakaian Nike dari baju, celana hingga sepatunya. Dia bersama dengan beberapa orang temannya dan aku bisa sedikit menduga kepribadiannya karena di antara temannya ada yang bertingkah sisy (maaf!).
Aku menikmati masakan khas lontong sayur dengan serius tidak kuperhatikan sekelilingku. Tiba-tiba kurasakan orang yang tak asing duduk di sebelahku.
“Mbak lontong sayur satu” orang tersebut memesan makanan sambil jari telunjuknya menunjuk satu.
Aku penasaran sekali dan kutatap wajahnya lumayan ganteng agak putih dengan pakaian full Nike.
“Kak jam berapa sekarang?” dia mulai menyapaku dengan pertanyaan ini.
“Oh udah jam 7 lewat” jawabku singkat dengan menatap arlojiku terlebih dahulu.
Aku sudah bisa membuka percakapan dengannya dan sekaligus bisa berkenalan dengannya.
“Eh kamu suka berolaharaga rame-rame ya, namamu siapa dek?” tanyaku.
“Iya Kak, tiap minggu, namaku Aditya, kalo Kakak siapa?” kelihatannya dia supel suaranya lantang dan cukup lincah pasti enak di ajak ngobrol pikirku.
“Panggil aja Kak Raffel” percakapanku dengannya semakin lancar.
“Kok Kakak suka duduk melamun di bundaran taman itu sih?, aku sudah melihat tiga kali Kakak duduk di sana”
Astaga aku tidak sadar selama ini aku beberapa kali ke monas dan duduk melamun mengingat Tony di bundaran taman dan Aditya selama ini memperhatikanku.
“Eh iya ya Kakak nggak tahu juga tuh cuma suka aja duduk di sana lagian ngapain Adit perhatikan Kakak?” aku mulai mengakrabkan diri dengannya.
“He he he.. nggak juga sih cuma mandangin aja kok kayanya Kakak seperti orang aneh hehehe”
Kuakui anak ini sangat supel, baru duduk beberapa menit saja bisa menciptakan keakraban bersama. Ternyata Aditya tidak keberatan memberikan nomor telepon dan alamat rumahnya dan setelah selesai bersantap tak berapa lama temannya memanggil Aditya akhirnya kami berpisah.
Sabtu pagi tidak seperti biasanya pagi ini aku sudah merapikan diri dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut tamu istimewa di apartemenku ini. “Ting tong.. ting tong..” bunyi bel ku, ada tamu menanti di depan pintu, “pasti Aditya, dia menepati janjinya”. Saat aku membuka pintu, tepat di depanku remaja berusia 17 tahun, ganteng lumayan putih dengan rambut terurai belah tengah dan tinggi badan hampir sama denganku.
“Hai Adit selamat datang” sapaku dengan tersenyum.
“Halo Kakak apa kabar?” nada suaranya cukup mengesankan dan membuat aku merasa akrab dengannya.
Bersama Aditya di dalam ruangan tidak akan pernah membosankan dan juga tidak akan pernah sepi karena omongannya tidak pernah habis dan sangat menyenangkan. Aditya banyak menceritakan pribadinya dan keluarganya. Anak bungsu dari pasangan konsultan dan dokter specialis dengan tingkat kehidupan yang cukup baik tetapi masih kurang merasakan kasih sayang. Kakaknya seorang wanita karir yang bekerja sebagai PR di sebuah perusahaan retailer. Kehidupannya secara materi sudah cukup perfect, Aditya baru kelas dua smu di sebuah sekolah swasta yang cukup bonafit hanya prestasi belajarnya biasa-biasa saja, tapi pergaulannya cukup baik dan lingkungannya pun tidak terbatas.
Dari pagi hingga sore kami ngobrol dan makan serta menyaksikan acara televisi bersama, Aditya sangat sopan sekali dan ucapannya pun sangat menyenangkan bagiku, aku semakin tertarik padanya. Awalnya kami hanya duduk berhadapan tetapi aku mulai ingin duduk di sebelahnya dan merangkulnya. Niatku harus selalu harus terlaksana agar aku tidak penasaran nantinya. Aku bangkit berdiri dari hadapan Aditya dan kemudian pindah ke seberang di sofa yang sedang di duduki Aditya. “Dit, kamu mau nggak jadi saudara Kakak?, Kakak tahu Adit butuh perhatian dan kasih sayang” tanyaku sambil mendekatinya. “Iya Kak tapi Adit juga punya banyak masalah, apa Kakak tidak keberatan bersaudara dengan Adit?” jawabnya dengan membalas pertanyaan.
Aku merangkul pundak Adit kemudian aku menarik tubuhnya bersandar di badanku. Adit juga mengarahkan kekuatannya searah dengan tarikanku sehingga dengan mudah akhirnya Adit berada dalam dekapanku.
“Lingkungan pergaulan Aditya harus bisa di batasi, Aditya kan masih kecil dan sedang meniti masa depanmu sendiri, tapi Kakak akan mengerti keadaanmu dan Kakak bisa menjadi saudaramu yang menerima semua keluhanmu” aku menasehatinya masih sambil memeluknya dengan semakin erat.
“Kakak baik sekali, mudah-mudahan Adit benar-benar mendapatkan kasih sayang yang tak pernah Adit rasakan dari Kakak, Adit membutuhkan Kakak dan Adit ingin bersama kakak” suaranya mulai pelan dan sedikit memelas, kutempelkan pipiku di pipinya.
Kurasakan gerakan Aditya yang mengeser wajahnya, menginginkan yang lebih dari itu. Bibirnya di arahkan pada bibirku dan akhirnya bersatu. Aku mencium bibirnya tapi aku tidak ingin mendorong lidahku ke dalam mulutnya bagiku hal ini masih terlalu awal. Aku mencium pipinya dan seluruh wajahnya dan Aditya tidak berdiam dia juga melakukan hal yang sama dan akhirnya kami berhenti.
“Kakak sayang padamu Dit” kataku dengan nada yang lembut.
“Adit juga sayang Kakak, dan Adit ingin bersama kakak” jawabnya mulai manja.
Kami menghabiskan waktu berakhir pekan bersama dengan pergi ke café dan nonton, akhirnya aku mengantarkan Adit pulang sekitar jam 20.30 dan kulihat Aditya sangat puas dan senang denganku.
—–
Hampir dua bulan aku mengenal Aditya, bahkan sekarang waktu kunjungannya padaku semakin sering dengan waktu yang mendadak. Aditya adalah anak yang pintar mencari perhatian, setiap kunjungannya ke apartemenku dia membawa makanan untuk santapan kami bersama. Aku sangat menyukainya karena kehadiran Aditya dapat menghilangkan kesepianku. Bahkan hari-hari biasapun Aditya suka berkunjung setelah pulang sekolah dan masih menggenakan pakaian sekolah smu dan akhirnya aku mulai terbiasa dengannya.
“Kak Adit sering berkunjung ke sini nggak ganggu Kakak-kan? Kakak jangan marah sama Adit ya, soalnya Adit nggak tahan kalo dimarahin” ucapan Adit saat tubuhnya dalam dekapanku.
“Hmm gimana ya Dit, Kakak sih jelas sangat terganggu kalau Adit sering datang. Tapi kalau Adit nggak datang Kakak kesepian dan juga bisa kelaparan, ha ha ha..” candaku padanya.
“Ah dasar Kakak rakus.! uang jajan Adit habis mulu buat beliin makanan untuk Kakak, hehehe tapi Adit senang dan Adit juga sayang kakak” jawabannya dengan nada yang sangat menyenangkan.
“Kalo Adit kurang duit atau habis uang jajannya minta aja sama Kakak lagi, eh jangan deh minta sama Bu dokter aja dia kan banyak duitnya” balasku lagi sambil menguatkan pelukanku.
“Enak aja! minta mulu diomelin mama tahu! Kak, benarkan Kakak sayang Adit? Kakak nggak akan kecewakan Adit?” pertanyaan Adit cukup menyentuh perasaanku dan membuat aku lebih memperkuat pelukanku padanya.
“Adit mau nggak nginep satu malem aja sama Kakak? temanin Kakak ya” aku ingin lebih dekat bersamanya dan bisa lebih memanjakannya lagi.
“Hmm..! gimana ya izinnya? Jelas Adit pengen banget tidur sama Kakak tapi harus cari akal dulu Kak” jawaban Adit dengan wajah serius.
Sabtu siang sepulang sekolah Adit sudah datang masih dengan mengenakan seragam sekolahnya. Tas sekolahnya dalam kondisi penuh pasti berisi pakaian ganti juga.
“Kakak sip deh!” ujarnya sambil mengacungkan jempolnya Adit tersenyum padaku.
“Okey deh! Anak pintar, nanti malam kita bisa nonton midnight dulu sebelum Kakak kelonin Adit” aku tersenyum padanya.
“Ha ha ha, mau..!” sambil tertawa manja Aditya datang memelukku.
“Kakak, tapi Adit izinnya mau pergi ke Bandung bersama teman, jadi nontonnya jangan sampai ketahuan ntar bisa berabe!”
Aditya selalu senang dipeluk dan merapatkan kepalanya di dadaku. Kedekatanku dengan Aditya semakin hari makin melekat, bahkan aku sulit membedakan hubunganku dengannya sebagai Kakak-beradik atau sebagai seorang kekasih. Tingkahnya yang sangat manja kepadaku dan selalu mengikuti keinginanku sangat memuaskan bagi diriku. Aku menjadi sangat mencintainya.
Pada malam harinya kami sangat menikmati kebersamaan ini. Walaupun sebelumnya kami sudah biasa berpergian bersama, tapi hari ini sangat berbeda, karena aku tidak perlu mengantarnya pulang ke rumah dan Aditya akan tetap bersamaku hingga esok harinya. Aku mengajak Aditya makan di café dan sengaja aku memilih lokasi cafe yang tidak terlalu umum untuk menghindari orang-orang mungkin saja kami kenal. Kami menikmati makan bersama seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling membutuhkan.
Aditya sangat menyukai film action asing, aku mengajaknya nonton pertunjukkan midnight. Di dalam bioskop sambil menonton kami terus bergandengan tangan seakan ingin bersama terus menikmati cinta yang indah milik kami bersama.Setelah pertunjukkan selesai kami tidak langsung kembali ke apartemen, kami masih berkeliling kota Jakarta yang tidak pernah sepi. Sikap Aditya malam ini sangat berbeda, rasa manjanya pun semakin berlebihan tapi ku akui aku sangat menikmatinya dan ingin mengalami hal seperti ini terus.
Akhirnya aku memarkirkan mobilku di suatu yang cukup romantis, di sana banyak mobil yang parkir dan yang jelas pemiliknya sedang bermesraan di dalam mobil. Belum selesai menempatkan mobilku dengan posisi yang tepat Aditya sudah menyergapku, dengan bibirnya Adit menciumku mulai dari pipiku, keningku hingga ke bibirku. Aku membalasnya dengan melumat bibirnya sangat terasa nikmat sekali, membalas ciumannya dan kami mulai mengadu lidah. Keringatku mulai mengucur darahku semakin panas aku sangat terangsang sekali, tetapi gerakan kami sangat terbatas dengan posisi di dalam mobil. Kami bercumbu hampir setengah jam dan aku ingin merasakan yang lebih dari itu.
“Adit kita balik ke apartemen saja yok! Kakak ingin melakukannya lagi tapi di apartemen aja ya!” tantangku dengan suara agak memohon pada Aditya.
“Ayo Kak cepatan kita pulang! Adit ingin melakukan semuanya untuk kakak”
Wow, hebat tanggapannya memang Adit sangat mencintaiku. Aku memutar mobilku dan melaju dengan satu tujuan di benakku.
Saat tiba di lokasi apartemenku berlomba untuk mencapai pintu apartemen hampir sama seperti orang berjalan cepat dalam perlombaan. Setelah di dalam aku mengunci pintu, dengan rasa penasaran yang tinggi aku langsung mendekap tubuh Aditya, tangannya pun kencang memeluk pinggangku. Bibirku melumat bibirnya dan lidahku kumainkan ke dalam mulutnya beradu dengan lidahnya sungguh nikmat sekali.
Aditya semakin nakal, jari tanganya mengapai resleting celanaku dan berusaha menarik resletingku. Kesulitan membuka resletingku gilirannya sekarang meremas penisku yang masih tertutup rapat celanaku. Penisku memang sudah menegang sejak tadi, sentuhannya membuat aku semakin terangsang kemudian aku melepaskan celanaku sendiri. Aku membaringkan tubuhku di atas sofa panjang, dan Aditya dengan cepat mendatangiku dengan wajah yang penuh nafsu. Mulutnya mendekati penisku yang masih tertutup celana dalam putih, dengan tangan disingkapnya celana dalamku dan mulai menjilati penisku kemudian dikulum dan dihisapnya
“Ahh ahk ahk..” suaraku semakin keras menikmati hisapannya yang sangat dahsyat.
Kemudian aku melepaskan semua pakaianku tidak tersisa satupun dan sekaligus membuka semua pakaian Aditya. “Wow..!” aku sangat kagum dengan postur tubuhnya yang atletis. Tanpa bicara lagi aku menarik Aditya ke dalam kamar, di atas tempat tidur kubaringkan tubuhnya, aku mulai dengan menghisap penisnya yang juga sudah mengeras sejak tadi. Aditya mengerang kenikmatan dengan hisapanku yang semakin lama semakin kuat.
Aku banyak melakukan gerakan dengan tetap menghisap penisnya, membalikkan tubuhnya, menjilati buah zakarnya, menggigitnya pelan dan kembali menghisap penisnya.
“Kak Adit sudah hampir mau keluar!” suaranya yang terdengar masih dengan kondisi terangsang.
“Hmm.. keluarin aja sayang, gak papa Kakak sayang padamu” kusempatkan dengan ucapan ini dan kemudian meneruskan mengulum.
“Crot crot crot” akhirnya sperma Aditya memuncrat di sekitar wajahku, mulutku juga belepotan dengan spermanya.
Untuk mempercepat klimaks aku mulai mengocok penisku yang kuarahkan tepat di mulut Aditya. Saat kurasakan spermaku hampir keluar kumasukan penisku ke dalam mulutnya dan disambut dengan ligat oleh Aditya sambil menghisapnya terus. “Ahh ahk ahk” spermaku terus keluar ke dalam mulutnya sedangkan gerakan Aditya yang tak henti-hentinya menghisap terus. Tenagaku sangat terkuras, akhirnya aku kelelahan dan terbaring sambil memeluk tubuh Aditya yang juga sudah lemas.
“Kakak janji ya! harus sayang Aditya dan Adit juga sangat sayang Kakak. Adit ingin Kakak jadi bf Adit, Kakak maukan?” ucapan Aditya dalam kondisinya yang masih lemas.
“Ya.. sayang” jawabanku yang singkat namun pasti. Akhirnya aku terlelap bersama dengan Aditya, anak remaja yang pertama kali kuakui sebagai kekasihku, anak yang tidak membosankan bagiku.
Hubunganku dengan Aditya berjalan sangat baik selama enam bulan dan hanya kami berdua saja yang saling mengetahui. Kegiatan kami berjalan dengan baik dan selalu saling memperhatikan, kami sering pergi nonton bahkan dalam waktu seminggu bisa menyaksikan sampai tiga film.
Setiap orang punya rencana dan kepentingan yang berbeda, pada akhirnya kami harus melepaskan diri dari hubungan ini karena punya kepentingan masing-masing. Setelah perpisahan dengan Aditya hampir empat bulan lamanya, dimana kami masing-masing menjalani kehidupan sendiri-sendiri, kami bertemu di satu tempat tanpa disengaja. Pada saat itu kami masih merasakan kerinduan yang sama dan masih saling membutuhkan, kemudian kami menjalin hubungan kembali sekitar tiga bulan lamanya. Dan akhirnya kami memilih untuk bersahabat hingga saat ini, Aditya yang seusia dengan Tony masih tetap menjadi sahabat terbaikku.
*****
EPILOG
Aku menikmati satu persatu kentang goreng McDonald sambil di dalam benakku berpikir terus “aku ingin melakukannya! Aku harus berani! Tapi bagaimana jika dia menolaknya? Ah aku nggak peduli aku harus berani melakukannya!”. Aku memilih satu kentang goreng yang paling baik, setelah memberikan saus kemudian kuarahkan kemulut pemuda yang duduk di depanku ini. Dan ternyata disambutnya dengan membuka mulutnya dan dilahapnya, “tuh kan! Aku nggak pernah gagal soal begituan!” pikirku dalam hati dengan perasaan bangga. Aku mencintainya dari sejak dia kecil dulu, wajahnya yang manis dengan lesung pipinya jika tersenyum sangat menggoda. Jika mengingat masa laluku dengannya aku merasa sungguh hebat bisa bersamanya dan tinggal bahkan tidur bersamanya.
“Kak gimana pekerjaan Kakak sekarang? Terus Kakak ngapain aja selama Tony nggak bersama Kakak cukup lama”
Pertanyaan Tony yang kujumpai sekarang sudah jauh berbeda, lebih dewasa dan makin menarik. Tapi sikapku sudah tidak bisa seperti dulu lagi, karena perasaan bersalah, sungkan dan lain lain yang tak kuketahui membuatku agak kaku terhadap Tony.
“Kerjaan Kakak biasa-biasa saja ton, ya Kakak banyak melakukan kegiatan juga sih dengan teman kakak” aku belum berani mengakui keadaanku yang sebenarnya, karena aku tahu sikap Tony yang cukup tegas dan Tony menepati janjinya padaku sedangkan aku merasa seperti orang loyo hanya bisa menasehati tetapi nggak becus.
“Kak kok sikap Kakak sekarang berubah sih nggak seperti dulu lagi? Kakak masih sayang Tony seperti dulu kan?” pertanyaan Tony yang juga merasakan sikapku yang kaku.
“Iya ton Kakak cuma agak canggung ketemu Tony lagi yang sudah berbeda, dewasa, tinggi dan makin cakep”
Aku dulu berani menegurnya, memarahinya dan apapun yang kusukai tetapi sungguh perubahan seperti ini sangat jauh berbeda.
“Kak Tony ke Jakarta untuk apa! kalau bukan karena Kakak yang dulu pernah sayang pada Tony! Kakak biasa aja lagi, Tony masih ingat Kakak dan nggak pernah lupakan kakak”
Sungguh kata-katanya membuatku marah terhadap diriku sendiri. Aku sudah menghianati Tony padahal aku sangat mencintainya.
Tony sengaja datang mengunjungiku setelah perpisahan kami yang lebih dari tiga tahun. Tony menepati janjinya padaku seperti perkataannya saat perpisahan kami dulu. Sungguh Tony adalah anak yang baik bahkan sangat baik buatku. Aku pernah menjadi bagian hidupnya semasa dia masih sekolah SMP bahkan kehidupan kami sangat menyenangkan. Aku bangga memilikinya, dan sekarang dia sudah menjadi seorang laki-laki yang dewasa dan menjalani kehidupan sangat baik. Aku menyakininya dia akan menjadi orang yang paling berhasil kelak, karena Tony sangat disiplin dan menepati janji.





The Lost Boy

12 Desember 2010 tommylovezacky 22 komentar
Saat aku membuka mataku langsung menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 10.10, hari sabtu ini aku agak malas bangun pagi, tetapi kebiasaanku bangun pagi membuat aku tidak bisa tertidur lagi, dengan malas aku terpaksa ke kamar mandi. Dalam keadaan rapi walaupun aku tidak punya rencana pergi, aku duduk di sofa menikmati kopi dan roti panggang buatanku sambil mendengarkan lagu faye wong (eyes on me) walaupun lagu lama tetapi sangat menyentuh perasaan. Aku tinggal sendiri di dalam apartement yang aku beli dari hasil kerjaku selama 5 tahun dan separuh harganya lagi adalah hadiah dari mamaku.
Pada saat aku ingin menghidupkan televisi, bel pintu berbunyi, dalam benakku itu pasti gladys putri tanteku yang tinggal dua lantai di atas apartementku, aku tetap memilih saluran TV tetapi karena tidak ada acara menarik akhirnya aku matikan. Kemudian aku melangkah untuk membuka pintu dan sesaat aku menatap tamuku ternyata bukan gladys dengan perasaanku yang masih heran gadis itu menyapa “good morning” dan aku membalas kembali sapaan itu sambil memandangi gadis ini yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, rambutnya lulus panjang dan wajahnya waa.. aku jadi tertarik juga dengan wanita pikirku.
Belum selesai rasa kagumku pada gadis ini, ia berkata “aku bersama seseorang yang special ingin bertemu denganmu” sebelum rasa penasaranku selesai bersamaan itu muncul seorang pria muda dari samping kanan pintu yang tadinya tidak terlihat oleh tatapanku, penampilannya bersih dengan berpakaian kemeja putih ketat dan bercelana jeans hitam, tingginya kira-kira 178 cm dengan body atletis bergaya rambut spike wajahnya ganteng sekali, dia tersenyum kepadaku waa.. sungguh manis senyumnya dengan kedua lesung pipinya. Dengan perasaan rindu yang memuncak aku tidak pedulikan lagi gadis tadi dan langsung memeluk pria-muda ini dan aku menurunkan kepalanya sedikit kemudian aku mencium keningnya tidak puas sekali aku cium lagi hingga lebih dari sepuluh kali, aku menatap wajahnya lagi dan terlihat bola matanya berkaca-kaca dan airmatanya mengalir, sekarang dia memelukku dan mencium pipiku, dan perasaanku bangga sekali, tapi kembali situasi mengingatkan gadis tadi kemudian aku berkata “kakak sangat-sangat rindu sama tonton, kenapa datang mendadak seperti ini?, kenapa tidak memberi kabar dulu?’ Jawabannya sebuah senyuman manis sambil mengucapankan “surprise!”.
Tonton bersama pacarnya memang sengaja mengunjungiku setelah kami berpisah tiga tahun lebih lamanya, dia baru saja menyelesaikan senior high school di Australia dan akan melanjutkan kuliahnya di tempat yang sama. Waktu berkunjungnya hanya satu minggu dan tidak akan melakukan acara lain kecuali mengunjungiku katanya. Setelah tonton bercerita banyak tentang pacarnya yang bernama sherly, kamipun saling menceritakan pengalaman masing masing, dan aku memperlihatkan sekitar 8 album foto kenangan waktu aku bersama tonton beberapa tahun yang lalu, ketika mereka sedang asik melihat album foto aku masuk ke kamar dan sambil tiduran aku kembali membuka ingatan tentang kenangan masa laluku ini.
Pandanganku tertuju pada mobil di depanku yang telah mendahului, aku menjaga keseimbangan setirku agar tidak menabrak batu-batu pemisah jalur rally dengan kecepatan yang tinggi aku ingin mendahului mobil yang di depan tetapi waktuku hampir habis karena saat ini sudah masuk lap-8, dan akhirnya aku hanya mendapatkan posisi kedua dari tiga pembalap lainnya dan posisi kesatu adalah pemain nomor-3. Kurang puas dengan kemenangku hanya nomor dua kembali aku memasukan 4 buah coin ke mesin game Daytona ketika aku memandang kesampingku ternyata pemain nomor-3 juga telah memasukan coin dan siap bertanding, waktu menunggu pemain lain habis dan pertandingan kami hanya berdua dan terjadilah balapan tapi kali ini aku berhasil menang darinya yang berada di posisi belakangku, aku menatap puas kepadanya dan kelihatanya anak ini cuek saja.
Begitulah pertama kali aku mengenal antony pada masa itu dia masih sekolah kelas 6-SD, sedangkan aku sendiri dalam tahap menyelesaikan kuliahku yang tinggal setahun. Antony sangat suka sekali bermain game, aku dapat bersahabat dengan anak ini awalnya dia memberikan sebuah coin game karena aku kurang coin, dan kami sering bertemu di game station serta sering bertarung di permainan game daytono. Yang kalah harus mentraktir pemain yang menang, yah aku juga kagum pada anak ini walaupun masih kecil tapi bawa dompet isinya juga tebal, padahal isi dompetku sendiri kadang masih kalah darinya. Persahabatan kami menjadi sangat akrab dia sangat penurut, apa yang aku katakan itulah yang dilakukannya selayaknya seorang adik menurut pada kakaknya.
Karena terlalu sering bermain ke rumahnya aku sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh tante Lily ibu antony keluarga mereka hanya mempunyai dua anak dan yang kecil adalah adik antony bernama ellen berbeda usia 3 tahun dengan antony. Pelajaran sekolah antony pada saat SMP sering aku yang mengajarnya di rumah dan bahkan waktunya bersamaku lebih lama dibandingkan dengan ibunya yang lebih suka mengurusi putri kecilnya, sedangkan ayahnya Mr Dave adalah orang berasal dari Australia dan membuka usaha di sana sehingga ayahnya hanya berkunjung setiap bulan sekali kadang dua bulan. Karena sering mengajarnya sampai malam aku sering menginap di rumahnya, apalagi antony sendiri sangat mengharapkan aku bisa bersamanya terus. Dan karena aku sangat sayang pada antony, ya aku senang sekali menginap dan tidur bersamanya. Dan kebiasaanku adalah menciumnya saat menjelang tidur sehingga menambah ke-akraban kami.
Ketika antony telah duduk di bangku 2 SMP tepatnya waktu itu adalah malam valentine (14 february), pada saat selesai belajar kami tidur agak awal, dan seperti biasa aku menciumnya tapi pada malam itu dia bertanya “kak raffel siapa sih yang kakak kasih ucapan kasih sayang valentine hari ini?” jawabku santai “valentine buat Kak raffel sama saja setiap hari juga valentine dan orangnya selalu nempel mulu sama kakak” aku menciumnya lagi mencium rambut, kening dan pipi antony tapi apa yang terjadi kali ini antony menciumku kembali dia mencium kening, pipi dan sungguh nekat dia mencium bibirku pertama kali rasanya hangat dan ciumannya terus tidak dilepaskan aku mulai merasakan nikmat, dan aku membalasnya, akhirnya kami saling melumat lidahku kumainkan ke dalam mulutnya aku memutar lidahnya dengan lidahku terasa nikmat sekali, belum puas lagi kemudian aku menggulingkan tubuhnya ke atas badanku dan dia menindihku ciumannya semakin nikmat dan bagian bawah perutku terasa ditekan sesuatu dari balik celana antony, ternyata batang penis antony sudah mengeras dan aku merasakan juga batang penisku juga mengeras akhirnya tak kuasa menahan nafsuku aku bangkit dan membuka semua pakaian antony demikian juga aku membuka semua pakaianku, dalam keadaan bugil bersama aku melihat burung antony cukup besar untuk ukuran anak seusianya sekitar 14 cm dengan diameter 2,5 cm. Mulutku menghampiri burungnya dan aku lumat (karna aku pernah menyaksikan film porno seorang wanita melumat batang penis pria), aku kulum terus dan aku mempermainkannya maju mundur, aku mendengar suara desah antony yang menikmatinya, ahk..ahk..ahks..
Kemudian antony berdiri dan membalikanku sambil katanya ‘kakak tony juga mau seperti tadi’ dan antony menyedot batang penisku, terasa hangat sekali burungku di dalam mulutnya aku sangat menikmatinya, tapi aku juga masih ingin merasakannya kemudian aku membentuk 69 dan dengan posisi antony di atas akhirnya kami saling menghisap, mengulum dan pada saat aku sudah tidak tahan aku merasakan ingin mengeluarkan sperma, aku menarik burungku dari mulut antony dan mengocoknya tapi antony merebutnya lagi dan mengulumnya, aku bicara pelan, ton.. ton.. ka.. Kak sudah mau keluar, keluar.. tapi dia tidak peduli diteruskan kulumnya dan akhirnya cret.. crot.. crot.. keluar dimulutnya tony dia masih menghisap terus bahkan spermaku di jilatnya dan ditelannya, melihatnya demikian membuat aku kasihan dan akan melakukan hal yang sama terhadapnya, aku menghisap burungnya dan terus semakin keras kurasakan dan kakinya tony menegang seperti kram dan aku menghisap makin dalam dan crot..crot..crot..crot aku merasakan kerongkonganku disembur air-mani antony yang meninggalkan rasa asin, hangat dan agak bau anyir, aku menelannya dan membersihkan dari burungnya dengan menjilatinya, dan antony menjadi lemas-lunglai.
Karena kelelahan kami tidak merubah posisi bahkan burung tony yang sudah melemas masih di depan hidungku dan pahaku sendiri dijadikan bantal kepala antony, kami berdiam kira kira 20 menit kemudian aku bangkit dan mengambil minum yang setiap hari telah kusediakan satu gelas habis diminum kami berdua, kemudian kami tidur masih dalam keadaan bugil sambil berpelukan hingga esok pagi, dan paginya kami mandi bersama di kamar mandi atas dan aku menyabuni antony seluruh bagian tubuhnya.
Pada saat menyentuh penisnya kelihatan menegang lagi dan tak tahan melihatnya aku langsung menyambutnya dengan mulutku dan menghisapnya dalam-dalam, oh sungguh nikmat sekali dan aku sambil mengocok punyaku aku menghisap burung antony yang mulai mendesah dan terus.. terus akhirnya aku merasakan tembakan air-mani ke dinding kerongkonganku rasanya asin, bau anyir tapi nikmat sekali, burungku yang kukocok semakin menegang dan antony langsung menyambar penisku dengan tangannya dan memasukkan kemulutnya dan tidak berapa lama, crot.. crot.. crot.. terasa nikmat sekali menembakkan sperma ke kerongkongan antony.
Begitulah kami lakukan selama setahun lebih, kami tidak pernah melakukan anal-sex paling sering hanya oral-sex saja, hal ini tidak merubah penampilan kami, hidup kami kelihatan normal, sifat kelelakian kami tidak hilang sampai suatu hari ketika antony hampir menyelesaikan 3-SMP ayahnya akan membawa keluarga mereka semua tinggal di Australia. Mendengar itu perasaanku sangat terpukul tapi dari sisi hati yang masih memiliki kemurnian aku berpikir itu yang terbaik, yang paling baik buat antony karena dia anak baik dia harus hidup normal. Bersama denganku di sini dia akan menjadi seorang gay dan bisa bertambah parah gaya hidupnya.
Sebulan menjelang keberangkatan mereka, aku merasakan kepedihan yang mendalam dan setiap hari semakin dekat semakin hancur hatiku ini, aku hanya menghitung hari, selama menjelang perpisahan kami tidak pernah melakukan hubungan sex lagi sejak saat itu hanya menciumnya seperti biasa saja, dan aku memperhatikan antony juga sakit dia juga merasakan seperti apa yang aku rasakan waktu perpisahan kami semakin dekat. Seminggu menjelang keberangkatannya aku pergi ke bandung bersama antony dan kami makan di peak café duduk di tempat yang tinggi menatap kota bandung, aku memeluk tony dengan erat dan dia membalasnya, kami saling berpelukan di tempat umum peak café aku membisikkan ke kupingnya ton.., ton-ton kakak sayang ton-ton selamanya.. yaa selamanya mencintai ton-ton, aku merasakan ada tetesan airmata ton-ton jatuh di leherku dia ingin berbicara tapi isak-tangisnya membuatnya sulit mengeluarkan suaranya, aku mencium keningnya sangat lama itulah tanda kasih sayangku untuknya selamanya.
Malam ini adalah malam terakhir aku tidur bersama antony besok pagi dia akan berangkat, aku tidak bisa tidur lagi memikirkan waktu perpisahan kami yang tinggal menghitung jam, aku menangis dan ternyata suara tangisanku tidak sendiri, suara tangisan tony lebih keras dan mungkin terdengar mamanya tony menghampiri kamar kami dan dia juga masuk ke dalam kemudian tante lily mengelus rambutku dan mencium keningku dan berbisik “kami tidak akan pernah melupakanmu raffel demikian juga kamu jangan lupakan kami” sambil mataku mengeluarkan airmata aku mengangguk kemudian tante lily meninggalkan kami berdua antony yang masih terisak-isak.
Aku memeluk antony dan mencium seluruh tubuhnya tapi kami saling tahu ciumanku adalah ciuman kasih sayang, ciuman perpisahan dan dengan kedua tanganku menegakkan kepalanya supaya matanya menatap wajahku aku berkata kepadanya ‘ton.., maukah ton-ton berjanji pada kakak?’ Antony memaksa melepaskan wajahnya dari tanganku dan tangannya meraih tubuhku sambil memelukku dia berkata “tony berjanji untuk kakak, tony berjanji untuk kakak akan menjadi anak baik, akan sayang kakak selamanya sampai tony mati tidak akan pernah lupakan kakak”, mendengar ucapannya yang disertai tangisan tubuhku seperti kesetrum listrik dan aku mulai merasakan ketenangan bathin dan kemudian aku kembali memegang wajahnya yang penuh airmata aku berkata padanya “ton kakak nggak akan ikhlas tony melakukan dengan orang lain apa yang pernah kakak lakukan dengan tony, kakak tidak ingin tony mengulanginya dengan orang lain, kakak adalah yang pertama dan yang terakhir buat tony, mengerti!!” Antony menganggukkan kepalanya tanda setuju sambil air matanya tak henti hentinya mengalir.
Aku melanjutkan lagi dengan suara agak pelan “kakak ingin bila tony kelak bertemu kakak harus bersama seorang wanita yang cantik” bicara ku agak gawur pikirku tapi aku sudah tidak bisa bicara lagi, kemudian aku membaringkan tubuh sambil memeluk tubuh tony yang akhirnya tertidur dalam dekapanku.
Aku kegelian dan tidak tahan ingin melepaskannya, saat tony menjilati ujung penisku yang sedang mengeras, tapi rasa nikmatnya lebih hebat dan aku pasrah kenikmatan. Aku berkata terputus-putus karena bicara dalam kenikmatan, ton..ton. ka..kak su..dah mau lepas neghh.. seperti biasa anak ini sangat cuek bila sedang menikmati, dan crot..crot..crot.. spermaku menembak ke dinding tenggorokan tony, dia selalu menelannya dan kini adalah giliranku menikmati semburan sperma tony yang sudah berumur 14 tahun, ya dia baru merayakan ulang tahunya yang ke-14 tadi sore bersama teman-teman sekolahnya di sebuah café di Jakarta, tony adalah anak indo papanya dari Australia dan mamanya adalah Chinese. Anaknya periang dan bersahabat, tubuhnya putih bersih dan wajahnya cakep sekali bulu matanya lebat, ada belahan di dagunya dan lesung pipinya bila tersenyum sangat menggoda.
Aku berpikir enak sekali menikmati sperma anak kecil yang cakep ini dan aku mulai menghisap penis tony yang sudah mekar dari tadi tak kusisakan sedikitpun bagian penis tony aku kulum semua rasanya nikmat, tony bergerak memutar badannya dan sekarang posisinya diatas kepalaku, dia menggoyang goyangkan pantanya dan menarik maju mundur penisnya yang besar, tapi “oeekk..” ujung penisnya menyentuh kerongkonganku sampai terlalu dalam aku tidak tahan aku ingin muntah, buru buru aku bangun melepaskan kulumanku dan menyambar ember yang kebetulan masih ada di samping tempat tidur dan ueekk.. aku memuntahkan air yang banyak dari mulutku dan ada sedikit lendir yang keluar, mungkin itu precum tony. Dengan mata yang berair sambil mengenakan handuk karena masih bugil aku menuju kamar mandi kemudian kumur-kumur dan cuci muka.
Setelah kembali ke kamar tony segera menyodorkan segelas sirup orange kesukaannya dan aku meneggaknya setengah lebih dan sisanya di habiskan tony, kemudian aku ingin melanjutkannya untuk mengulum penis tony tapi dia sudah bercelana pendek biru (celana SMP) dan berkata “sudahlah Kak raffel kita lakukan besok lagi, nanti kakak sakit, maaf ya.. kak, tadi tony terlalu kencang jadi kakak muntah”, aku menjawabnya dengan tertawa dan tawaku memancing tony ikut tertawa, akhirnya kami tertawa terbahak bahak.
Selama kami berhubungan homoseks itulah salah satu kenanganku dengan tony pada saat dia berulang tahun ke 14, dan aku hanya sekali saja muntah karena mengulum penis tony, sungguh manis dan geli kenangan itu, hayalanku buyar ketika aku mendengar sangat jelas dari suara speaker di ruang tunggu terminal kedatangan soekarno-hatta yang menyampaikan informasi pesawat dari merlbourne yang telah mendarat. Saat ini aku sedang menjemput ayah tony Mr Dave, aku sudah beberapa kali bertemu beliau, orangnya sangat ramah dan baik, kami beberapa kali makan bersama dengan keluarganya di café Jakarta. Sudah dua bulan aku berpisah dengan tony walau begitu tony setiap malam pasti meneleponku, saat ini Mr Dave kemari ingin membereskan urusan rumahnya, dan tony meneleponku untuk menjemputnya.
Ketika tampak sosok Mr Dave, aku buru buru menghampirinya, aku langsung memeluknya dan dia juga memelukku sambil menepuk-nepuk punggungku, aku merasakan kehilangan tony dan kerinduanku terlalu dalam, aku ingin melampiaskan rinduku pada ayah tony karena aku sudah dipesan tony supaya memeluk ayahnya pada saat bertemu pertama dengan ayahnya, karena tonypun sudah memeluk ayahnya pada saat mereka mengantar keberangkatannya, sepertinya Mr Dave mengerti perasaan kami dan sambil tersenyum dia berkata “tony baik baik saja dia anak yang pintar karena dia punya kakak di Jakarta yang menyayanginya” dan aku tersenyum bangga mendengar pujiannya, kemudian beliau menyodorkan sebuah surat dari tony yang diambil dari sakunya aku langsung menyambarnya dan mencium amplopnya dan kemudian aku simpan baik baik dalam kantongku.
Ketika malam yang kutunggu aku mengambil surat itu aku mencium amplopnya lagi aku ingin membukanya tapi aku ingin menangis lagi dan benar aku tidak tahan lagi air mataku mengalir dan aku membuka dan membaca surat itu dua lembar isinya dan kata-katanya yang paling membuat aku merasa tenang demikian “kak rafel, tony berjanji kepada kakak, tony akan hidup menjadi seorang pria sejati karena kenangan tony dengan kakak sangat indah, teramat indah tidak ada sesuatupun yang dapat mengalahkannya, tony tidak ingin mencintai siapapun lebih dari kakak dan apa yang kakak katakan pada malam itu akan tony lakukan, tony akan membawa seorang kekasih wanita yang cantik dan memperkenalkannya pada kakak kelak”
Aku memejamkan mata dan terasa ada desakan dari dalam kelopak mataku, air-mataku mengalir aku tak kuasa lagi membayangkan kenangan lamaku bersama tony, aku terbaring lemas di atas tempat tidurku, dan tiba tiba ada sentuhan kain halus yang menghapus air-mataku semua khayalanku menghilang ternyata tony sedang menyeka air-mataku dengan saputangannya, tony yang sudah besar masuk ke kamarku tanpa aku ketahui, tony sungguh gagah sekali, ya tony telah menjadi pria muda yang tampan berbeda dengan tiga tahun lalu yang masih kolokan kepadaku. Lingkungan hidup di Aussie dan di sekolah telah merubahnya, dengan pakaiannya kemeja putih ketat ada kombinasi di lengannya, tony duduk di samping tempatku berbaring, air-mataku masih terus mengalir tak kuasa menahan kesedihan selama ini, sungguh lama sekali aku berpisah dengan tony. Tony dengan gagahnya dia memeluk leherku dan menaruh kepalaku di atas kaki kanannya yang dilipat bersila, sekarang kepalaku berbantalkan kakinya, tony membelai rambutku dan membungkukkan badannya mencium pipiku, aku merasakan ciuman yang memberikan rasa kasih sayang yang dalam.
Setelah terdiam sejenak akhirnya tony berucap “kak raffel.., tony sudah lakukan semua perintah kakak, awalnya tony seperti mau mati berpisah jauh dari kakak, tetapi kasih sayang kakak membuat tony bersemangat dan tony berusaha dan akhirnya tony berhasil karena Tuhan menghendakinya” (hatiku bergetar dan aku berpikir anak ini pintar sekali bahkan sudah melibatkan Tuhan). “Kak raffel saat ini apa yang hendak kakak minta dari tony?” hah.. sungguh pertanyaan ini membuat aku memutar otak, apa yang harus kukatakan?, minta apa dari tony sekarang? apa aku hendak katakan aku ingin mengulum penisnya lagi yang mungkin sudah jauh lebih besar atau aku harus katakan tony harus jadi orang yang berhasil kelak atau ntahlah.. banyak sekali pikiranku saat ini tapi mulut ku tak kurang yakin aku berkata “kakak ingin tidur di atas pangkuanmu untuk lepaskan rasa rindu selama ini, tidak ada jawaban dari bibirnya yang merah tapi tangannya mulai memelukku erat membelai pipiku dan rambutku, seperti seorang ayah memanjakan anaknya, oh aku sungguh puas sekali dimanjakan tony yang gagah ini, sungguh tidak kalah rasa nikmatnya dibanding waktu kami saling mengulum penis beberapa tahun lalu. Tony kakak ingin tidur lama dan lama sekali dalam pangkuanmu..
Tony hanya punya waktu seminggu di Jakarta, jadi tak ku sia-siakan dengan mengajaknya berkeliling kota mengenang masa lalu kami, kami sempat ke peak café, bermain Daytona dan makan di tempat-tempat yang dulu aku sering mengajaknya, aku terpaksa membolos kerja tetapi bosku tidak permasalahkan karena perusahaan itu sangat membutuhkan tenagaku. Selama seminggu aku tidur bersama dengan tony sedangkan pacarnya tidur di kamar sebelah, dan bila di hotel kami terpaksa sewa dua kamar satu untuk aku dan tony sedangkan pacarnya kamar sendiri. Ternyata sherly baik sekali orangnya, sherly tahu tentangku karena telah banyak di ceritakan tony tetapi dia tidak tahu “hubungan special” masa lalu kami, menurutku dia sangat cocok untuk tony dan aku sangat merestuinya, sherly juga sangat menghormatiku, ketika kami makan bersama sherly yang mengambil makanan pertama untukku, kemudian tony baru kami semua makan bersama.
Pada saat malam menjelang tidur tony mengenakan celana pendek dan kaos oblong dan aku sendiri sudah berada di tempat tidur sambil pura-pura memejamkan mata, sekali-kali aku mengintip memandang tubuh tony yang sangat berbeda dengan dulu tapi setiap kali memandangnya aku merasakan ketakutan yang dalam dan akhirnya aku memaksakan untuk memejamkan mataku. Aku merasakan ada sentuhan jari telunjuk kekeningku dan menuliskan tanda seperti huruf “t” dan terasa ada minyak di keningku, rupanya tony mengoleskan entah minyak apa kekeningku dan dia katakan “kak raffle, tony ingin berdoa untuk kakak supaya hidup kakak kelak bahagia dan selalu bersama tony.” Aku kurang paham maksud tindakannya yang selalu dilakukannya pada saat akan tidur selama seminggu, tapi aku tahu tony sangat peduli padaku dan dia masih sayang padaku. Akhirnya kami tidur bersama, aku mencium keningnya seperti yang aku lakukan padanya dulu tapi kali ini aku telah merasakan kebahagiaan yang lebih karena tony telah berubah menjadi laki laki sejati.
Tak terasa waktu seminggupun telah tiba, tony akan kembali lagi ke Australia, dia akan memulai kuliahnya disana, airmataku menetes kembali tetapi perasaanku sudah berbeda dengan perpisahan dulu, sekarang ini ada rasa bahagia karena perubahan tony, aku tidak terlalu mengkhwatirkannya lagi. ‘kak raffel tony akan mengunjungi kakak lagi paling sedikit setahun sekali’ aku tersenyum bahagia mendengar ucapannya “ng..ya.. kakak juga mungkin akan ke tempatmu bila ada waktu yang tepat” jawabku dengan puas. Aku mencium kening tony dan kening sherly sambil berpesan kepadanya “jagalah tony dengan baik untukku shel” dan sherly mengangguk pelan. Akhirnya aku harus melepaskan keberangkatannya di terminal soekarno-hatta diringi airmata kami berdua dan sempat aku melihat sherly juga ikut menangis.
Ada perasaan kagum kepada tony, ada perasaan kehilangan tony kecil, ada perasaan rindu pada tony, semua perasaan itu kusimpan selamanya dalam hidupku, itulah kenangan manisku bersama tony, hingga saat ini tony sudah mengunjungiku tiga kali tapi aku sendiri belum pernah ketempatnya, mungkin bulan depan mungkin tahun depan aku akan datang kepadamu sayang..pasti.. pasti.. aku janji, aku akan selalu merindukanmu..

The 21 Centimeters Man

12 Desember 2010 tommylovezacky 13 komentar
“Hah! Hampir saja bus itu menabrak colt di depannya!” tiba-tiba aku nyeletuk dengan seseorang lelaki yang juga berdiri cukup lama di dekatku di Terminal Cililitan.
“Iya, untung aja sopirnya lincah, kalau enggak ringsek tuh colt” dia menimpali celetukanku.
Ini adalah Malam Minggu pertama sejak aku menetap di Ibukota tercinta. Dari referensi sebuah buku yang pernah aku baca, dikatakan bahwa di daerah Terminal Cililitan banyak kaum Gay yang kumpul-kumpul di waktu malam.
Dengan sedikit keberanian aku coba kenali lenggoknya Jakarta di Cililitan. Dan aku masih awam, serta menebak-nebak, yang mana kumpulan anak G tersebut. Ah, nikmati saja terminal yang super semrawut ini.
“Mau rokok Mas?” tiba-tiba laki-laki di sebelahku itu menawari rokok.
“Boleh”.
Cukup lumayan juga lelaki ini bathinku. Sambil mengambil sebatang rokok yang ia tawarkan, aku perhatikan penampilannya. Dengan kemeja rapi, rambut tersisir rapi dengan kilap jellynya. Serta kumisnya yang rapi bagus dan tebal, mengingatkan aku dengan Slamet Rahardjo. Walau badan sedikit kurusan, justru ini menimbulkan kesan seksi.
“Kalau mau ke Pejompongan, naik bus nomor berapa ya?” tanyaku untuk mengisi omongan, sekalian mencari informasi supaya jangan tersesat.
Dan akhirnya kami terlibat omongan yang panjang lebar, mengasyikkan. Dari situasi terminal yang semrawut, sampai pada harga barang-barang yang semakin melambung. Pokoknya semua diomongkan. Namanya Budi, orang betawi ada sedikit mengalir darah Arab.
Tak terasa waktu sudah sangat larut malam. Aku mesti pulang, takut tidak dapat angkutan dan situasi terminal sudah agak sepi. Rasanya was-was juga.
“Bud, aku mau pulang. Udah malam nih.”
“Hmm, kalau mau nginap di tempat saya aja.”
Really, aku jadi ragu terhadap tawaran tersebut. Menyadari aku orang baru di Jakarta dan ketemu orang yang baru saja aku kenal. Tetapi rasanya Budi sangat hangat ngajak ngobrol denganku. Apalagi wajah dan penampilannya cukup simpatik.
“Apa nggak ngerepoti nantinya?”
“Nggak, nyantai aja.”
“OK deh.” akhirnya kuputuskan untuk ikut pulang ke tempat tinggalnya, karena besok hari libur, dan tidak ada lagi kerjaan yang harus aku kerjakan.
Kami pergi berdua naik colt omprengan. Ke daerah yang tentu saja tidak aku ketahui daerah mana itu. Sampai di tempatnya, ternyata tempat kos-kosan, dia baru cerita bahwa ia tinggal kos dengan temannya.
“Wah, An kita harus nungguin temenku, belum pulang, kuncinya dibawa dia.”
“Iya deh” tidak ada pilihan lagi. Lalu kami berdua duduk di kursi panjang depan kamarnya. Suasana remang-remang dan sangat sepi, kamar-kamar sebelahnya gelap, seperti sudah terlelap tidur semua. Udara terasa sangat dingin, sekitar jam 2 dini hari.
Kami melanjutkan obrolan di kursi tersebut. Tiba-tiba antara sengaja dan tak sengaja, tangan kami saling bersentuhan. Desir keras mengalir darah ke jantungku. Dan sentuhan tersebut berlanjut dengan saling meremas tangan. Benar-benar dadaku bergejolak. Aku masih sangat hijau dengan urusan yang bernama lelaki.
Saling remas itu berlanjut.. dan sepertinya kami sudah tidak bisa mengendalikan nafsu. Kami saling menyusupkan tangan ke kemeja, untuk mengusap-usap puting. Serr.. kepalaku seakan mau lepas. Aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini. Maklum di daerah aku selalu menahan diri, dan control sosial begitu cukup ketat. Sehingga aku cukup terkekang untuk masuk ke dunia lain.
Tidak puas dengan meremas-remas serta mengusap-usap puting, tangan kami bergerilya ke daerah lain. Ke bawah.. dan makin ke bawah. Setelah dia memegang kemaluanku, aku juga memegang kepunyaannya dari luar celananya. Tampak keras, dan tidak jelas bentuk penisnya, karena terlindung ketat dengan celana jeannya yang tebal.
Akhirnya kubuka kancing celananya. Dan kupelorotkan retsletingnya pelan-pelan. Terlihat celana dalamnya yang putih, semakin menambah rangsangan birahiku. Dan aku susupkan telapak tanganku ke dalam celana dalam yang putih itu.
“Hahh!” seakan tersetroom tanganku. Aku memegang benda panas di balik CD-nya. Aku pegang erat benda panas tersebut. Really?! Aku sangat penasaran, aku sibakkan CD-nya untuk melihat sejelas-jelasnya apa yang aku pegang.
Alamakk. Sulit dipercaya.. Sebatang tongkat tertanam kuat diantara selangkangannya. Aku masih belum percaya benar, aku ambil posisi berlutut di depannya sambil aku tarik-tarik batang kemaluan itu, siapa tahu cuma pasangan alias tidak asli.
Ternyata tidak, benda dengan diameter lebih dari 5 cm dan sepanjang teh botol lebih, masih tertanam kuat di rerimbunan rambut di antara selangkangannya. Antara melihat keajaiban dan nafsu yang sudah tidak karuan lagi aku perhatikan batang kemaluan itu dengan urat-urat sebesar kabel. Fantastik. Menjulang sedikit belok ke kiri. Dengan kepala besar, proporsional dengan batangnya. Benar-benar sempurna.
Akhirnya tanpa pernah belajar dari siapa pun, aku kulum batang kemaluan tersebut. Ini pertama kali aku mengulum batang kemaluan laki-laki. Wahh ternyata yang selama ini cukup menjijikkan; sungguh nikmat.
Pertama aku masukkan kepala penisnya, ke rongga mulut dengan pelan-pelan. Sungguh cukup lebar aku harus menganga. Aku isap-isap kepala itu. Aku lihat Budi merem-melek merasakan isapanku. Akhirnya aku masukkan dalam batang kemaluannya ke rongga mulutku. Hanya sebagian atau hanya setengah yang bisa tertelan mulutku.
Aku angguk-anggukkan kepalaku agar mulutku bisa bekerja naik turun. Wow, ternyata naluri seksku bisa berjalan tanpa pernah belajar. Aku jepit keras batangnya di antara bibirku, sambil terus bergerak naik turun. Sekali-kali aku lirik batang kemaluannya yang penuh urat yang besar-besar itu, membuatku tambah nafsu untuk mempermainkan mulutku. Dan Budi membalasnya dengan mengusap rambutku serta menciumi pipiku. Sapuan kumisnya di daerah pipiku, sungguh membuat aku terlena. Apalagi bibirnya yang sedikit merah medaratkan ciuman hangat di pipiku. Aku benar-benar melayang sampai langit yang ke tujuh.
Selang beberapa menit, sangat amat capai mulut ini. Betapa kerasnya mulut ini harus bekerja untuk menelan batang hangat panas, yang menyumbat habis mulutku. Tersedak aku dibuatnya. Ku keluarkan batang itu dari mulutku.
Tapi nafsu yang menggelora tidak pernah bisa aku padamkan. Aku ciumi seluruh permukaan batang itu dengan bibirku yang basah dan lidahku yang kumain-mainkan. Dari pangkal batang di rerimbunan rambut, menyusuri urat-urat besar di batangnya, perlahan dengan perasaan nikmat sampai ujung kepalanya. Di ujung kepala batangnya, aku berhenti, aku julurkan ujung lidahku untuk masuk ke lubang kepala batangnya. Huh, nikmat juga. Cukup lebar lubang kepala batangnya. Ujung lidahku cukup masuk ke lubang tersebut.
Cukup lama aku memain-mainkan ujung lidahku di lubang tersebut, sambil menetralisir mulutku yang tadi kecapaian. Setelah puas aku mempermainkan lubang batang penisnya. Aku lahap lagi batang kemaluannya ke dalam mulutku yang mulai kehausan lagi untuk menelan batang hangat panas itu.
Dengan pelicin ludahku yang sedikit mengalir di batang kemaluannya, aku susupkan dalam-dalam batang tersebut, maju mundur. Dan dengan semangat yang masih menggelora aku tekan lagi batang itu dengan kedua bibirku yang basah. Aku lirik wajah dan badan Budi yang menggelinjang karena isapanku yang mungkin cukup expert, walau I did the first time.
“Eh, baru pulang!” tiba-tiba Budi sedikit berteriak ke arah temannya yang tiba-tiba datang, tepat di depan kami, sambil melepaskan batangnya dari jepitan mulutku. Kemudian memasukkannya kembali ke dalam CD dan celananya.
Sungguh tidak enak, sangat tidak enak. Nafsuku yang sudah menggelora sampai ke planet Mars, tiba-tiba terbanting jatuh ke bumi di perkampungan Jakarta. Huhh! sangat mengganggu.
Akhirnya diperkenalkan temannya, namanya Adi. Setelah Adi membukakan pintu kamar, kami bertiga masuk. Kamar yang tidak terlalu besar, apalagi untuk bertiga. Hanya ada sebuah kasur besar di atas karpet.
Setelah kamar dikunci, Budi langsung menanggalkan seluruh pakaiannya, bajunya dan celananya, hanya tersisa CD-nya saja. Sangat seksi. Dan tidak lama kemudian dia langsung menanggalkan pakaianku satu per satu, aku menurut saja. Ia mendaratkan ciumannya ke pipiku dan bibirku. Wuu.. ronde kedua pikirku.
Tapi sekarang Budi yang aktif, setelah puas melumat bibirku, ia turun menciumi leherku yang cukup putih dan halus. Sementara Adi hanya melihat saja; tetapi tangannya gatal juga untuk mengelus-elus pipiku, dan batang kemaluanku. Aku tidak mempedulikan Adi. Fokusku tetap ke Budi. Setelah leherku, giliran putingku yang mendapatkan sapuan kumisnya dan hangat kenyutan bibirnya yang merah basah itu. Yes.. yes.., aku dibawa lagi ke awang-awang.
Lama dia mengenyot kedua putingku hingga membuatku mendesah, dan sekarang giliran bergerak perlahan menuju armpit-ku alias ketiakku. Huu.. Yess, aku mendesah semakin jelas, menandakan aliran darahku mulai tidak teratur lagi.
Setelah puas di daerah itu, giliran sekarang di tempat yang selalu aku jaga. Yah, di daerah terlarangku, alias kemaluanku. Mulutnya sangat hangat, terasa di kepala dan batang kemaluanku. Batangku dipilin-pilin. Oh, surga dunia kudapatkan.
Sambil merasakan pilinan mulut dan lidah Budi di kemaluanku, aku pegang tongkat estafet yang tadi sempat lepas dari mulutku di kursi depan kamar. Sekarang tanpa ampun lagi kubetot batang itu keras-keras, walaupun telapak tanganku tidak muat membetot batang itu seluruhnya, karena saking besarnya dia.
Aku kocok batangnya. Budi sudah melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku. Sekarang giliran scrotumku yang mendapat giliran jilatan dan sapuan kumisnya. Sementara Adi hanya melihat saja kami main berdua.
Wowww.., baru aku sadari bahwa scrotumku adalah daerah rawanku. Aku mendesah lebih keras, dan itu disadari Budi bahwa itu daerah rawanku. Ia tekan dengan bibir sambil mempermainkan lidahnya lebih cepat lagi. Aku semakin tidak karuan gerakan badanku dan pegangan pada tongkatnya kadang lepas, karena aku tidak bisa mengatur lagi irama kocokan untuk batangnya, cauze jilatan lidah dan bibir Budi di daerah scrotumku membuat aku seperti kuda binal.
Setelah beberapa menit Budi mengerjai scrotumku, aku tidak kuat lagi. Aku lepaskan batang kemaluan Budi, dan aku kocok sendiri batang kemaluanku di saat Budi aktif mempermainkan lidah dan bibirnya di daerah scrotumku.
“Oh, Bud.. Bud.. Crot-crot-crot..” semburan air mani hangat mengenai wajahnya, terutama pipinya.
Aku mengelinjang, mengelenjot seperti ayam yang baru disembelih. Oh.. aku kuras semua air maniku, aku tumpahkan ke wajah Budi. Aku tersenyum puas, Budi pun membalas senyumku, sangat manis. Tapi aku tidak membiarkan Budi berdiam diri saja setelah berhasil menguras habis air maniku. Dengan sisa tenagaku aku kulum lagi batang kemaluannya yang juga sudah kangen dengan lubang mulutku.
Aku gerakkan maju mundur, lebih cepat lagi. Aku tahu Budi juga sudah di ubun-ubun nafsunya. Warming up -ku di luar kamar tadi sudah cukup lama membuatnya terbang juga. Aku coba lebih keras dan cepat lagi kocokan batangnya dengan mulutku. Tidak mempan juga, padahal 15 menit sudah aku melakukannya itu sampai mulutku kejang kecapaian. Akhirnya aku lepaskan juga batang maut itu. Aku berpindah ke bagian scrotum, siapa tahu dia mempunyai daerah rawan yang sama denganku, sambil aku kocok batangnya dengan tanganku. Dia merasakan nikmatnya. Tetapi batang itu masih saja tegak berdiri, sampai tanganku sekarang yang giliran kecapaian 15 menit mengocok batangnya.
Akhirnya aku susuri seluruh badannya dengan bibir dan lidah yang aku main-mainkan. Ke daerah ketiak.. dan pindah ke putingnya. Aku isap kuat-kuat putingnya dengan bibirku yang basah, sambil tanganku tetap mengocok batangnya.
Saat aku isap putingnya. Tiba-tiba tangannya mengambil alih kendali tanganku yang mengocok batang besar kemaluannya. Dia mengocok sendiri batangnya, dengan cepat dan sangat cepat.
Dan croot! croot! croott! semburan keras air mani kental, mengenai wajahku dan rambutku, bahkan semburan yang tidak terhalang wajahku tersemprot mengenai atap kamar. Woow luar biasa. Dia berkelojotan juga sebagai gerak balik dari semburan air mani kental yang tersemprot sangat kuat.
Sementara Adi melihat kami berdua, sambil senyum-senyum nyengir saja. Dan kami membersihkan badan, terus mau tidur dengan Budi memelukku, dan di sebelahnya Adi. Adi akhirnya ngocok juga dengan berusaha sambil mengisap batang Budi yang ternyata masih berdiri tegak. Dan Adi mengeluarkan juga air maninya. Akhirnya kami bertiga tidur terlelap semua.
*****
Sejak saat itu, aku sering ketemuan dengan Budi. Dan aku lebih sering diajak nginap di rumah sebenarnya bukan di kos-kosan. Dia masih tinggal dengan kedua orang tuanya dan berjibun anggota keluarga lainnya, termasuk seluruh keponakan-keponakannya. Aku bisa akrab dan sangat akrab dengan seluruh anggota keluarganya, dari yang bayi 1 tahun sampai kedua orang tuanya. Mereka semua tidak tahu, hubungan macam apa yang terjadi antara aku dan Budi. Karena penampilan kami wajar-wajar saja. Tanpa kusadari aku telah menjadi boyfriend Budi. Pertama aku merasa aneh, masa’ lelaki punya pacar lelaki. Ah, mungkin aku kuno.
Dari waktu ke waktu, akhirnya aku tahu bahwa Budi pernah sangat dekat dengan kalangan celebritis top dan orang-orang terkenal lainnya, yang nota bene orang-orang “sakit”. Dan itu bukan isapan jempol, karena adik maupun orang tua Budi pernah cerita bahwa artis A, B, C sampai Z dulu sering kesini. Bahkan tetangganya di perkampungan yang cukup kumuh tersebut juga cerita. Artis A dulu sering kesini, atau artis B pernah kesini. Tetapi sekarang, orang yang ibarat menjadi piala bergilir itu ada di pelukanku.
Aku tidak peduli lembaran hidupnya sebelum ini. Walau sempat timbul dalam hatiku, kenapa ia memilih aku. Aku sangat berada jauh di bawah mereka-mereka yang sudah tenar dan kaya itu. Atau wajahku yang cukup sendu dan manis? He.. hehe.. tentu ge-er ku ini tidak beralasan. Atau mungkin karena aku selalu apa adanya, dan sedikit care walaupun itu dengan berjibun keponakan-keponakannya? Mungkin iya kali’, aku berusaha untuk go down to the earth. Ah, tidak baik memuji diri sendiri.
Tapi sayang, kebahagiaanku tidak begitu lama. Setelah aku tahu, bahwa Adi yang Budi bilang temannya itu ternyata pacarnya yang terakhir sebelum kenal aku. Shock, aku dibuatnya. Walaupun Budi selalu bilang bahwa ia telah putus dengan Adi, dan selalu bilang saya punya sifat yang sangat beda dengan Adi maupun pacar-pacar sebelumnya. Tidak cukup kata-kata itu menyembuhkan rasa sakit ini.
Aku juga tahu Budi sangat serius meninggalkan Adi. Tapi Adi tidak mau ditinggalkan begitu saja. Walaupun selama ini anggota keluarga Budi tidak ada yang menaruh sympati dengan Adi, dia tetap sering datang dan datang ke rumah Budi. Dan itu cukup menyesakkan hatiku. Akhirnya aku sering mengalah, untuk meninggalkan Budi. Tetapi semakin aku meninggalkannya, semakin dia berusaha untuk mencari dan mendapatkanku. Jakarta ini sudah tidak ada tempat lagi untuk bersembunyi dari Budi. Bahkan di daerah asalku pun tidak luput dari jangkauannya.
Akhirnya kujalani hidup ini dengan kebahagiaan dan kengiluan luar biasa bercampur jadi satu. Di saat Budi dekat dengan Adi, aku cari kompensasi baru untuk mengobati luka bathin, dengan membuka hati kepada lelaki muda yang mungkin bisa mengisi hatiku. Kebetulan aku sekarang prefer dengan “brondong” alias cowok-cowok muda belia.
Sampai sekarang belum ada brondong yang bisa lama mengisi hatiku. Semua sudah terkontaminasi dengan kilau Jakarta. Disamping seleraku cukup tinggi (alat vital sudah bukan jadi kriteriaku lagi), yang membuat cukup sulit brondong menyelinap di hatiku.
Setelah ber-tahun-tahun aku merasakan pahit getirnya kota Jakarta, dan madu – racun berhubungan dengan Budi. Akhirnya aku tinggalkan semua itu, jauhh.. Mungkin dengan melihat dari jauh, akan ketahuan seperti apa hidupku yang selayaknya. Walaupun aku disini, merasakan ada yang hilang. Tapi biarlah.. semua aku hadapi hidup di negeri orang ini, sendirian.

Teman Kostku yang Baru

12 Desember 2010 tommylovezacky 20 komentar
Sore itu sepulang aku dari tempatku kerja sekitar pukul 17.00, biasanya rumah tempat aku kost pasti dalam keadaan sepi, karena memang aku yang biasanya pulang paling awal dari antara kawan-kawan yang kost disitu. Sedangkan jumlah kamar yang ada berjumlah tujuh, lima kamar ditempati oleh lima orang yang sudah berstatus karyawan, satu lagi ditempati oleh seorang mahasiswa yang biasanya kalau sore pasti pergi nglayap entah kemana dan ada satu kamar lagi yang kosong. Akan tetapi ketika aku datang terdengar suara berisik yang tidak sebagaimana mestinya, kudengar seperti ada suara orang diatas (kebetulan semua kamar ada dilantai dua sedangkan yang dibawah dipakai sebagai garasi untuk tempat motor). Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, “Siapa yaa pulang duluan, koq tumben ada yang nduluin aku pulang”
Tanpa kuhiraukan aku langsung aja naik kelantai dua, dan ketika sampai diujung tangga, aku jadi heran. Yang biasanya kamar paling pojok itu selalu terkunci rapat-rapat karena memang tidak ada penghuninya, tapi sore ini pintunya terbuka walaupun tidak seluruhnya. Dan aku jadi bertanya-tanya, “Apakah ada penghuni baru, yaa”
Akhirnya kakiku membawanya kekamar paling pojok dan langsung aja kubuka tanpa kuketuk terlebih dahulu, ternyata disana ada dua orang pemuda yang sedang bercakap-cakap, dan dia tersenyum sambil memperkenalkan namanya.
“Sore Mas, saya Arie dari Blitar dan ini teman saya Agus, kami lagi PKL disini selama kurang lebih dua bulan”
“Oh, yaa, saya Surya” jawabku.
Dan aku segera balik menuju kekamarku yang arahnya berlawanan dengan kamarnya, kayaknya perkenalan kita sore itu tidak ada kesan apa-apa, sampai akhirnya waktu berjalan dua minggu dan memang kami jarang ketemu. Karena kadang aku pulang agak malam dan kadang juga ada tugas keluar kota selama seminggu, sampai pada suatu sore ketika yang lainnya belum datang dan hanya ada Arie seorang diri yang sedang duduk dikursi ruang tamu sambil merokok lalu katanya,
“Baru pulang yaa, Mas”
“Ya,” jawabku, “Lho koq kamu sendirian, mana temanmu yang dulu itu”
“Oh dia nggak kerasan disini, terus dia pindah kost ketempat lain,” jawabnya.
Memang antara Arie dan Agus kalau aku boleh memilih, aku lebih memilih si Arie karena dia berkulit kuning bersih dan tubuh yang sedang untuk anak seumurnya walaupun tidak terlalu tinggi dan tampan, akan tetapi lebih simpatik bila dibandingkan dengan Agus yang kelihatannya sangar itu.
Yang biasanya kalau datang langsung menuju kekamarku, kali ini kusempatkan memarkir bokongku dikursi sebelahnya, dan kami akhirnya ngobrol, dan aku terus terang lebih banyak bertanya tentang sekolahnya, tentang PKL-nya, dimana PKL-lnya dan sebagainya. Dan tanpa sengaja mataku merosot keselakangannya dan kulihat lonjoran panjang ke arah bawah kepaha sebelah kanan didalam celana jeans warna biru yang dikenakannya. Akan tetapi aku belum berani bertindak lebih jauh lagi, hanya dalam hati aku bertanya-tanya, “Gede benar tuh penisnya, walaupun orangnya kecil” gerutuku dalam hati aku aku juga menduga kalau dia pasti nggak pakai celdal.
Sejak obrolan sore hari itu, rupanya si Arie sudah mulai nggak sungkan lagi sama aku, hal itu terlihat dengan datangnya dia menghampiri kamarku dan melongok kamarku sampai aku berkata, “Ayo masuk aja. Nggak usah sungkan-sungkan”
Dan kemudian dia masuk dan terus duduk dipojok kamarku sambil nonton TV, dan dia juga mulai bertanya-tanya, “Mas punya CD player yaa?” dan memang didalam kamarku ada seperangkat CD player dengan salonnya dan juga TV.
“Ya, kenapa?”
“Punya filem bagus nggak, Mas?”
“Filem apa?” lanjutku, “Yang ada yang ditumpukan dimeja itu, ya kamu lihat sendiri ajalah” jawabku sekenanya, memang diantar tumpukan itu ada beberapa CD filem biru yang hetero, jadi aku pura-pura cuek aja dan kudengar lagi suaranya.
“Nah, Mas ini pasti bagus yaa”
“Mau diputer sekarang,” jawabku.
“Ah nggak Mas, aku malu dan sungkan sama Mas”
“Enggak pa-pa”
“Ya deh, boleh yaa Mas muter film sekarang”
“Ya, biar kamu nggak sungkan setelah ini aku mau keluar kamar dulu, mau cari makan, kamu nonton sendiri aja yaa”
Setelah kutinggal selama kurang lebih setengah jam lamanya dan aku kembali kekamarku, masih kulihat dia sedang serius nonton filem itu dengan duduk dibawah sambil kakinya disilangkan sehingga tidak kelihatan apakah dia on berat. Tidak ada tanda-tandanya dia salah tingkah atau malu lagi, tapi sorot matanya melekat tertuju kelayar gelas yang ada di kamarku, sampai akhirnya dua CD telah habis diputarnya dan baru usai sekitar jam 23.00, lalu dia mohon pamit mau tidur.
Walaupun sebetulnya tangan ini sudah gatal ingin menyentuh sesuatu yang kenyal dipangkuannya itu, tapi aku masih bisa menahan diri untuk tidak cepat-cepat memulainya karena aku harus bisa membaca situasi, apakah dia mau kalau dipegang dan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam otakku sampai tanpa sadar tanganku mengelus-elus penisku yang sudah mulai ngaceng sambil membayangkan punya si Arie yang kelihatan gede itu dan terus kukocok sampai aku mencapai klimaksnya dan akhirnya malam itu aku tertidur pulas dengan rasa penasaran yang belum terjawab.
Beberapa hari dia tidak kelihatan batang hidungnya, sampai pada suatu sore dia melongok kekamarku lagi dan bertanya, “Mas, punya filem yang lain nggak?”
Lalu kujawab, “Ada tuh, aku barusan pinjam di rental” dan sejenak dia melihatnya, karena sudah ada beberapa kawanku yang datang akhirnya dia berkata, “Nggak enak Mas, sama teman-teman”
“Gimana kalau nontonnya nanti malam aja setelah semua tidur”
Gila benar nih anak, mau menantang atau memang sengaja ngasih kesempatan buat aku.
“Oke, nanti jam berapa?” tanyaku balik.
“Jam 01.00 malam setelah acara filem di TV selesai” katanya.
“Ok, aku tunggu yaa”
Semula dia kuanggap hanya bercanda, bayangkan jam 01.00 dini hari bisa bangun dari tidur itu sudah merupakan suatu keajaiban bagiku, apalagi kalau tertidur pulas.
Tanpa kuduga sama sekali, pada waktu tengah malam aku mendengar pintu kamarmu ada yang mengetuk dengan pelan, kukira aku sedang bermimpi. Lalu kudengarkan dengan seksama dan kudengar ketukan yang kedua, akhirnya aku bangun dan kubuka pintu kamarku dan tanpa berkata sepatah katapun si Arie langsung menyelinap ke dalam kamarku dan langsung duduk diatas tempat tidurku dan akupun sudah ngerti dengan maksudnya yaitu pengin nonton filem biru lagi.
Setelah CD pertama aku puter dia masih diam aja tanpe ekspresi sama sekali masih seperti beberapa hari yang lalu yaitu dengan mata terpaku pada layar TV, karena hari sudah malam dan sepi lagi dan dia kalau ngomongpun setengah berbisik karena takut mengganggu penghuni kamar lain. Maka kuberanikan tangan untuk menyentuh tonjolan dipangkuannya karena gaya duduknya masih tetap seperti kemarin yaitu dengan menekuk kakinya dan disilangkan sambil kedua tangannya memeluk lututnya, jadi barangnya tidak kelihatan sama sekali. Tapi aku mendapatkan reaksi yang tak terduga yaitu tanganku ditepiskannya dengan kerasnya sehingga aku terdiam dan akhirnya aku mebalikan badanku untuk melanjutkan tidurku dan akupun terlelap untuk beberapa waktu lamanya sampai kudengar dia mematikan lampu kamarku dan aku terbangun karena terkejut, aku bertanya pada Arie.
“Ada apa koq lampunya dimatikan?”
“Biar asyik kayak nonton dibioskop,” jawabnya.
Setelah itu kulihat posisi duduknya yang semula dengan kukuh menyimpan barangnya dengan ketat, sekarang kulihat duduknya mulai dengan menyelonjorkan kakinya dan Woww kulihat pisang ambonnya membentuk tenda biru (karena dia pakai celana jeans warna biru) dibawah perutnya yang tidak bisa disembunyikan lagi.
Akhirnya kuberanikan diri untuk menyentuhnya lagi, dan kali ini dia menepiskan tangkanku tapi tidak sekeras tadi dan kuulangi lagi dengan pijatan dibatangya dan dia kelihatan mulai menyerah karena kulihat dia sedang on berat dan rupanya dia merasakan ada sesuatu yang mesti dikeluarkan dari pada dia blingsatan sendiri.
Setelah kuremas-remas untuk beberapa saat akhirnya tanganku mulai mencari pegangan ritsleting celananya dan segera kuturunkan dengan pelan-pelan sekali dan sampai akhirnya menyembul sebuah benda bulat pejal yang paling kusukai, dan ternyata benar dia nggak pernah pakai celana dalam. Jadi ketika ritsleting terbukan sampai kebawah langsung mendongak keluar kepala penisnya yang bukan main gedenya. Kuelus-elus terus dan kuraba-raba sampai akhirnya terdengar suaranya
“Mas, penisku locoen, aku wis enggak kuat nih” katanya.
Dan ini merupakan kesempatan yang tidak kusia-siakan lagi karena memang ini yang menjadi harapanku, akan tetapi sampai sejauh itu aku masih belum melakukan oral sex padanya dan hal seperti ini sampai terulang tiga kali Arie mengetuk kamarku menjelang dini hari, dan ketiga-tiganya dia mendapatkan kepuasan cukup hanya ku loco saja, tidak lebih dari itu
Sampai akhirnya datang kesempatan keempat dia mengetuk kamarku dan kali ini aku sudah mulai berani karena dia ternyata bisa dipertanggung jawabkan yaitu selama didalam pergaulan sehari-hari dihadapan teman-teman satu kost lainnya aku dan dia cuek-cuek saja seolah-olah nggak ada hubungan khusus dan hal itu yang memang kuinginkan untuk menutupi hubungan istimewaku dengan Arie. Dan kalau kita lagi ngobrol bersama dengan teman-teman satu kost, kadang kulihat tatapan matanya yang mengandung sejuta makna yang ditujukan padaku dan hanya saja yang mengerti akan arti tatapan matanya itu. Pada kesempatan keempat itu setelah kuelus-elus, kukocok dan akhirnya aku segera melumat kepala penisnya yang gede itu yang sudah sejak beberapa hari yang lalu aku inginkan.
Dan terdengar desisnya “Aduh Mas, enak Mas”
“Terus Mas, oohh”
“Lebih cepat lagi Mas, oouuhh”
Sampai akhirnya kurasakan kejutan didalam rongga mulutku, hangat, asin dan berbau khas pejuh yang sedap itu, dan kutelan semuanya sampai tuntas. Kemudian dia pamit mau balik kekamarnya lagi untuk tidur dan ketika aku selesai menutup pintu kamarku kulirik jam yang ada diatas meja menunjukkan pul 02.30 dini hari. Berarti dia ada didalam kamarku kurang lebih satu jam setengah.
Seperti biasanya pagi itu kita ketemu dengan cuek-cuekan aja seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dalam hati aku bangga juga dengan sandiwaranya yang lumayan itu. Sampai beberapa hari kemudian pada tengah malam dia mengetuk pintu kamarku lagi dan seperti biasanya ketika pintu kubuka dia langsung menyelinap masuk. Akan tetapi kali ini lain, sepertinya ada sesuatu yang perlu disampaikan kepadaku. Tidak berapa lama kemudian dia berkata
“Mas, aku disini tinggal dua hari lagi, karena PKL-ku sudah selesai dan harus balik lagi kebangku sekolah”
Kebetulan hari itu hari Jum’at malam menjelang Sabtu pagi dan biasanya hari Sabtu aku mesti pulang kerumah asalku sehingga praktis hari Sabtu dan Minggu nggak bakalan ketemua sama dia sedangkan dia akan balik kekotanya nanti hari Senin.
Karena dia sudah pamit bahwa dia akan balik lagi kekotanya, maka malam itu aku ingin memberikan suatu surprise buatnya, seperti biasanya setelah kulorot celana panjangnya yang tanpa celana dalam itu dan kutelentangkan dia diatas tempat tidurku dan mulai kucumbu dengan jilatan-jilatanku pada daerah-daerah yang sensitif. Kumasuk keluarkan penisnya yang memang lebih besar dari punyaku dan aku masih terus melakukan aktivitas itu sambil tanganku meraba lotion yang ada disamping tempat tidurku, kuambil sedikit lotion dan kuoleskan dilobangku tanpa sepengetahuan dia yang sedang keenakan menikmati emotanku pada penisnya.
Sambil menghisap penisnya, jari-jari tanganku juga berusaha untuk melemaskan otot-otot pada lubangku agar kalau pada waktu penetrasi tidak terlalu sakit, mulanya satu jariku masuk sampai lancar, kemudian dua jari dan akhirnya tiga jari sekaligus yang kumasukkan dalam lobangku sampai aku merasa siap untuk melakukannya. Kemudian kulepaskan hisapanku pada penisnya dan aku bergerak ke arahnya dan langsung duduk tepat diatas penisnya yang sudah ngaceng berat itu kemudian perlahan-lahan kumasukkan penisnya dalam lobangku, dan sempat kulirik Arie meringis nggak tahu karena kesakitan atau karena keenakan, tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kemudian kugoyangkan pantatku naik turun sampai tidak berapa lama kudengar rintihnya
“Aduh Mas, enak Mas, terus Mas, tambah cepet lagi”
“Aaahh, aduh Mas aku mau keluar nih” lanjutnya
Dan makin kupercepat gerakan naik turunnya pantatku sampai kurasakan penisnya berkejut-kejut dalam lobangku dan kudiamkan sejenak sambil dia merasakan sisa-sisa kenikmatannya. Setelah semuanya berakhir, sekarang ganti aku yang terangsang berat dengan ulahku tadi, kemudian kudekap dia dan kubisikan didekat telinganya
“Boleh aku melakukan seperti ini pada kamu”
Dia tidak menjawab, tapi hanya mengangguk dengan matanya yang masih tetap sayu. Setelah mendapat ijin darinya, maka tidak kusia-siakan kesempatan ini. Aku mulai mengambil lotion yang tergeletak dikasur dan mulai melakukan kegiatan dengan membasahi sekitar lobangnya dengan lotion yang kemudian kuelus-elus sambil sesekali jari tengahku menusuk lobangnya, karena aku tahu dia masih perawan dan belum pernah melakukan hubungan yang seperti ini akhirnya dia hanya bisa diam dan pasrah saja dengan apa yang kulakukan pada malam menjelang pagi itu.
Sampai aku merasakan bahwa dia sudah siap untuk dimasuki, maka segera kuangkat kedua belah kakinya ke atas pundakku dan dengan perlahan kumasukkan penisku kelobangnya, pada saat kepala penisku masuk, kurasakan jepitan yang begitu kuat sehingga aku keenakan dan kudengar jeritnya
“Aduh, Mas.. Sakit”
Lalau aku berhenti sejenak agar otot lobangnya dapat menyesuaikan diri, setelah beberapa saat kudorong lagi sampai separuhnya dan..
“Ahh, sakit sekali Mas”
Aku diam lagi beberapa saat dan kutunggu reaksinya sampai ototnya terasa agak renggang lalu kodorong lagi penisku sampai sepenuhnya dan kemudian aku berhenti lagi sampai beberapa saat. Setelah itu baru aku melakukan gerakan masuk keluar didalam lobangnya yang terasa begitu sempit dan membawa kenikmatan tersendiri buatku, tidak berapa lama kemudian akhirnya kulepaskan hasratku didalam lobangnya dan akupun tersungkur diatas badannya yang tersengal-sengal itu, nggak tahu karena keenakan atau kesakitan tapi rasanya semuanya sudah impas dengan score 1:1 pada saat itu.
Ketika hari Senin sore aku pulang kerja kulihat kamar pojok dalam keadaan terkunci dan aku tahu bahwa Arie sudah tidak ada disana lagi dan ketika aku bertemu dengan teman-teman yang lainnya.
“Mas, tadi pagi Arie pamitan, pulang ke Blitar”
“Karena Mas Surya belum datang dia titip salam nggak bisa pamitan langsung sama Mas Surya,” katanya.
“Oh yaa, enggak pa-pa” jawabku sambil tersenyum, dalam hati aku berkata
“Dia sudah pamit dengan caraku sendiri yang lebih berkesan”
Dan aku sampai sekarangpun belum mengetahui apakah Arie itu termasuk gay atau bukan karena tidak seperti teman-temanku gay yang lainnya yang selalu take and give dalam segalanya diatas ranjang.

Satpam Baru di Kantorku

12 Desember 2010 tommylovezacky 10 komentar
Pagi itu seperti biasanya aku datang kekantorku pagi-pagi sekali karena memang banyak pekerjaan yang belum selesai kemarin dan harus kuselesaikan dengan secepatnya agar pekerjaan hari ini tidak makin bertumpuk lagi. Ketika sampai dipintu gerbang kantorku, aku disapa oleh seseorang yang belum pernah kukenal sebelumnya.
“Selamat pagi, pak” katanya sambil berdiri tegap dengan sikap penuh hormat.
Akan tetapi aku tidak membalas salamnya tersebut, malahan aku melongo dengan rasa terpesona yang begitu hebat, ternyata di depanku telah berdiri sesosok mahkluk yang begitu sempurna, gagah, ganteng, mempunyai bodi yang atletis, berkumis sangat rapi penuh wibawa dan menjadi pujaan para wanita apalagi aku yang juga merasakan getar-getar itu sehingga aku jadi salah tingkah dihadapannya. Umurnya masih sangat muda sekali kira-kira 23 atau 24 tahun. Akhirnya aku tersenyum padanya setelah terpana untuk beberapa saat dan segera kulangkahkan kakiku untuk memasuki kantorku.
Hari itu aku begitu gelisah terbayang akan wajahnya, penampilannya yang begitu mempesona sehingga hari itu yang seharusnya aku menyelesaikan pekerjaanku kemarin akhirnya jadi kacau balau karena aku tidak bisa konsentrasi, karena disatu sisi aku hendak segera menyelesaikan pekerjaanku namun disisi lain bayangan satpam baru dikantorku itu begitu membekas dalam ingatanku, akhirnya aku jadi serba salah dan salah tingkah dalam tindakanku hari ini.
Jam istirahat siang akhirnya datang juga, aku segera cepat-cepat makan siang, dengan harapan masih ada waktu yang tersisa pada jam istirahat sehingga ada kesempatan untuk mencari informasi atau sekedar say hello padanya. Dan kesempatan itu akhirnya datang juga, ketika aka melangkahkan kakiku memasuki kantorku, aku tertegun lagi dengan senyumnya yang mengembang dihiasi kumis yang menawan dan kudengar,
“Selamat siang, pak”
“Siang” jawabku singkat.
“Eh kamu orang baru ya?” tanyaku.
“Eh, iya pak, baru hari ini saya bertugas disini” jawabnya.
“Kamu dari pendidikan akabri ya” tanyaku memancing.
“Oh, nggak pak, hanya pendidikan satpam saja selama enam bulan”
“Oh, kukira kamu dari akabri”
“Masak ada potongan sih pak, kalau saya ini jadi tentara”
“Lho, kenapa nggak, bodi boleh, tampang meyakinkan, wajah keren, kumis yahut terus apa yang kurang” cerocosku.
“Duitnya pak, yang kurang” jawabnya dengan tertawa, dan kelihatannya dia sudah makin akrab saja dalam obrolan kami siang hari itu. Tanpa terasa waktu setengah jam telah berlalu dan aku segera kembali melangkah ke dalam sambil bertanya, “Nanti pulang jam berapa?”
“Oh nanti jam 14.00, pak” jawabnya sambil tersenyum manis sekali yang makin membuatku tergila-gila.
Setelah aku mengadakan pendekatan setiap siang selama dia dinas jaga pagi sampai sore, maka suatu siang aku memberanikan diri untuk mengajaknya nonton sore nanti selepas dia tugas jaga pada pukul 14.00, yang berarti masih ada waktu dua jam sebelum aku pulang kerja pada pukul 16.00. Yang pasti kami sudah janjian disuatu tempat yang tidak jauh dari kantor kami. Siang itu rasanya jarum jam berjalan begitu lambatnya bagiku, seolah jalan jam hari ini seperti cacing yang sedang merayap. Begitu jarum jam menunjukkan pukul 16.00 tepat aku segera meninggalkan tempat dan segera menuju tempat redevous kami, dan ternyata dia sudah menungguku dengan pakaian preman yang lebih sportif kurasakan dan dia benar-benar cakep dan ganteng dengan
T-shirt dan celana jeans belelnya, makin nampak dadanya yang padat dan bidang itu, sehingga tanpa terasa aku segera merangkulnya dan aku segera ngamplok diboncengan motornya itu. Dan kami segera menuju studio 21 untuk nonton bareng, yang penting pokoknya bisa pergi dengannya perkara film yang diputar bagus atau nggak tidak jadi masalah, dan memang ketika didalam gedungpun aku tidak bisa konsentrasi untuk mengikuti alur ceritanya, karena dalam benakku seolah ada sebuah film yang sedang diputar dan yang menjadi pelakunya adalah aku dan dia, gimana yaa rasanya kalau dipeluk dia, dicium dia dan oh, kalau aku bisa ngemot penisnya dan menelan pejuhnya dan..
Dan.. Masih banyak lagi bayangan-bayangan indah bersamanya, sampai tanpa terasa tangan kiriku mulai meraba pahanya dan dia diam saja ketika tanganku membuat gerakan mengelus-elus pahanya dan segera kuhentikan setelah aku sadar dari lamunanku, ketika kulirik dia, tidak ada reaksi hanya senyumnya yang memukau dalam keremangan suasana gedung bioskop. Aku tidak berani lagi untuk melangkah lebih jauh walaupun suasana gelap itu cukup mendukung untuk memulai yang jadi impianku selama ini. Kutahan hasratku sekuat-kuatnya dengan mencoba konsentrasi mengikuti alur cerita film itu. Ketika film telah usai, kutawarkan kepadanya untuk makan malam bersama dan diapun setuju, dan segera kami hampiri pujasera yang ada dilantai bawah dari gedung studio itu, ketika kami makan bersama iseng-iseng aku tanya padanya,
“Eh, kamu sudah punya pacar yaa?”
“Ah, mana ada orang yang mau sama saya, pak” jawabnya.
“Lho, masak nggak ada yang mau sama cowok seganteng dan secakep kamu gini, kalau misalnya aku jadi cewek gitu sudah kukejar terus tanpa kasih ampun” sambungku.
“Emangnya ada cewek yang kayak gitu, setahu saya cewek-cewek sekarang pada jual mahal tuh, pak” jawabnya lagi.
“Kalau misalnya ada seseorang yang mengharapkan kamu menjadi sahabatnya, kawannya, tempat curahan hatinya dan tempat berbagi suka dan duka, apakah kamu mau menerimanya tanpa ada pamrih akan tetapi dengan ketulusan hati yang paling dalam” kataku mulai romantis.
“Ah, mana ada yang mau berkawan dengan saya ini, pak” “Saya khan cuma satpam, gaji saya berapa sih pak?” jawabnya lagi.
“Kalau misalnya aku mau jadi sahabat kamu gimana?” tanyaku, sambil aku mencari jawaban dalam matanya yang terbelalak karena terkejut.
“Ah, yang benar sih pak” tanyanya lagi.
“Lho, emangnya aku punya bakat berbohong, apalagi sama kamu” lanjutku.
Dia tidak bisa menjawab hanya diam saja, dan tertunduk mukanya, entah apa yang dipikirkan dan aku sendiri juga belum berani untuk memulainya lebih jauh lagi karena aku juga belum tahu bagaimana profil dia yang sebenarnya dibalik keramahan, keakraban yang telah kita bina selama ini, siapa tahu nanti setelah dia mengetahui aku punya maksud yang lain dibalik kebaikanku padanya, malahan dia akan meninggalkan aku dan membenci aku, aku sendiri jadi gundah menghadapi semua ini. Tapi hati kecilku berontak “Semuanya harus dicoba dulu, apapun resikonya nanti urusan belakang, pokoknya berusaha dulu, dan kalau gagal yaa cari yang lain”
Mataku bersinar kembali seolah mendapat kekuatan baru dan semangat baru yang dipompakan ke dalam jiwaku, ketika kulihat dia masih tertunduk segera kuberanikan diriku untuk menyentuh tangannya dan sekaligus menggenggamnya, reaksi mulai terlihat ketika dia menatapku dengan pandangan mata yang kosong, ketika kuremas tangannya ada sedikit senyum yang dipaksakan tersungging dibibirnya.
“Ada apa?” tanyaku “Koq kamu kelihatan binggung sih?”
“Ah, nggak tahulah pak, saya jadi serba salah nih terhadap bapak, bapak begitu baik, penuh perhatian dan menghargai saya sebagai manusia seutuhnya tanpa membedakan derajat dan jenjang kedudukan” kemudian “Saya jadi terharu pak, baru kali ini saya benar-benar merasakan saya dihargai dan mendapat tempat dihadapan bapak” lanjutnya.
Agar suasana tidak beku dan kaku seperti itu terus menerus, akhirnya aku berkata “Yook, kita pulang aja, sudah malam nih”
Dia menggangguk dan segera berdiri menghampiriku dan kami berjalan seiring sambil tanganku memeluk pundaknya, kalau tadinya aku merasakan kecanggungan dalam dirinya ketika kupeluk, tetapi sekarang sudah mulai hilang rasa canggung dan segan itu, dan ketika sampai dilapangan parkir kurasakan tangannya sudah berani memeluk pinggangku dan oh bagai melambung rasanya ketika itu.
Ketika aku sudah diboncengan motornya, aku beranikan untuk memberi usul padanya, “Gimana kalau untuk malam ini kamu nginap aja dirumahku, aku tinggal sendirian koq, dan lagi hari sudah larut malam, besok kita bisa berangkat kerja barengan” tanyaku
Dan kulihat anggukan kepalanya sambil menoleh kebelakang dan tersenyum, tapi aku tidak bisa menafsirkan arti senyumannya itu, yang makin membuatku jadi panas dingin nggak karuan merasakan kejadian demi kejadian sepanjang sore sampai malam ini. Ah nggak tahulah pokoknya what happened will be will be, apapun yang terjadi terjadilah.
Sampai perjalanan malam yang dingin berakhir di depan rumahku, rasanya aku enggan turun dari boncengannya karena tanganku masih erat merangkul pinggangnya dari belakang sambil memeluk punggungnya yang terasa hangat dan kokoh itu. Akhirnya dengan rasa ogah-ogahan akhirnya aku turun juga dan kupersilahkan dia masuk dan memarkir motornya digarasi rumahku. Setelah masuk kutawarkan minuman kepadanya, tapi dia menolak katanya khan kita baru saja makan dan minum. Malah dia menyarankan untuk nonton TV sambil tiduran dan ngobrol, ok itu ide yang bagus juga dan segera dia kuajak ke dalam kamarku karena memang satu-satunya TV yang ada dirumah itu hanya ada didalam kamar tidurku. Segera kubuka seluruh bajuku dan aku segera mandi dengan air hangat, dan kurasakan badanku segar sekali setelah selesai mandi dan aku juga menyarankan kepadanya untuk mandi juga dan dia setuju untuk mengikuti jejakku yaitu mandi dengan air hangat agar badan jadi segar. Ketika dia mandi aku memakai sarung saja tanpa celana dalam dan itu sudah menjadi kebiasaanku setiap malam, karena kalau harus memakai celana dalam rasanya risih semua.
Kemudian kudengar pintu kamar mandi dibuka dan kulihat dia keluar kamar mandi hanya dengan memakai celana pendek saja tanpa baju, sehingga dadaku berdesir dalam hati aku berkata “Oh my good, sungguh sempurna betul bodi yang dimiliki mahkluk yang satu ini, dan itu merupakan idamanku, dada bidang dengan rambut yang melebar didada menyempit dipusarnya kemudian melebar lagi dan makin melebat di. Di. Dibalik celana pendeknya itu pasti sangat lebat sekali, karena dikaki yang kokoh dan pahanya yang padat berisi itu, bulu yang tumbuh juga begitu lebat.
Aku jadi bengong dan melamun lagi dengan pandangan mataku yang kosong menatapnya, hingga aku tersadar ketika kudengar suaranya
“Ada apa, pak?”
“Apa bapak sedang tidak enak badan?” tanyanya lagi.
“Oh, nggak” jawabku.
“Cuma sedikit pegal ini pinggang dan tengukku” lanjutku.
“Boleh saya memijat bapak” katanya memberanikan diri.
“Boleh, kalau kamu mau” kataku lagi.
Akupun segera menelungkupkan badanku dan dia mulai memijat tenggukku, kemudian turun kepunggungku dan begitu kurasakan hangatnya tangan yang begitu kokoh dan yang menjadi idolaku. Sampai tak terasa, aku merasakan kalau penisku sudah mulai menggeliat bangun dan tegang, tapi tentunya dia tidak mengetahui kalau aku lagi BT karena aku dalam posisi telungkup, hingga kurasakan tangannya mulai menjalari pinggang dan pinggulnya dan turun lagi kepantatku yang kenyal itu, dan oh ini yang paling bikin aku nggak kuat diperlakukan seperti itu, tapi aku masih tetap bertahan. Sampai kudengar permintaannya untuk telentang, dalam hati aku berkata, “Mati aku, padahal aku nggak pakai celana dalam dan penisku lagi ngaceng penuh, gimana nih”
Tapi aku pura-pura aja cuek, kubalikkan badanku dan otomatis selakanganku membentuk sebuah tenda dengan satu tiang. Kulirik dia, aku ingin tahu reaksinya, ternyata dengan cueknya dia mulai memijit kakiku dari bawah dan mulai ke atas, dan hal ini makin membuatku blingsatan karena nggak tahu apa maksudnya dia memperlakukan aku seperti itu, sebetulnya dia itu mau apa nggak sih, tapi jangan siksa aku seperti ini dalam gejolak berahiku yang makin tak tertahan ini. Tapi aku nggak tahu permainan apa yang sedang dia jalankan, kurasakan pijitannya sampai dipahaku dan dia juga mulai menyingkap sarungku sampai hanya tiangku saja yang masih tertutup sarung, akhirnya aku tak tahan dan hanya bisa memejamkan mataku saja mencoba untuk menepis semua angan dan gejolakku sendiri. Sampai kurasakan ada tangan hangat yang menggenggam penisku yang ngaceng dan bergerak maju mundur sambil dipijit-pijit, aku hanya bisa melenguh dan dia mungkin tahu yang kukehendaki selama ini, kudengar suaranya “Ih, penisnya bapak gede juga yaa?”
Karena aku tidak tahan diperlakukan seperti itu akhirnya tanganku meraih lehernya dan kubaringkan dia disisiku dalam keadaan telentang, dan tanpa berpikir lebih jauh lagi segera aku bangkit dari tidurku dan langsung nongkrong diatas tubuhnya yang padat berisi itu, dan mulai kuciumi pipinya, lehernya, telinganya dan kudengar suara lenguhannya, dan kembali lagi kebibirnya dan kunikmati rangsangan kumisnya yang menyentuh bibirku aku semakin tambah horny saja apalagi dengan kesegaran tubuhnya yang baru saja mandi. Kutelusuri lehernya, dadanya yang berbulu lebat dengan putingnya yang coklat kemerahan yang sempat kukagumi dan membuatku melongo sekeluarnya dia dari kamar mandi, sekarang sudah ada dihadapanku dan sedang kukecupi. Lalu turun lagi sampai kepusarnya yang berbulu lebat dan kasar itu yang makin membuatku terangsang hebat, dan dengan lidahku kutelusuri buku-buku kasar yang mengecil dipusar dan mulai melebar lagi dibawah pusar sampai tersembunyi dibalik celana pendeknya yang masih menjadi misteri itu.
Lalu aku melakukan cumbuan makin menurun sampai dikaret celana pendeknya dan kugigit karet itu sampai kebawah, dengan demikian makin nampak jelas tonjolan otot yang tegang perkasa itu dibalik celana dalamnya, karena aku sudah nggak sabar lagi segera kupelorot celana pendeknya sampai terlepas dan segera kutangkap tonjolan dibalik celana dalam itu dengan mulutku yang seperti sedang kehausan itu dan menemukan sumber air yang begitu segar. Kupermainkan untuk beberapa saat dan kulihat dia makin menggelinjang keenakan dengan cumbuanku itu, dan segara kugigit lagi celana dalamnya dengan gigiku ke arah bawah, lalu kurasakan tamparan dipipiku ketika aku membuka celana dalamnya, ternyata penisnya yang ngaceng tegak berdiri itu memantul kena kejutan dari tarikanku tadi dan terlepas bebas mengenai pipiku, kurasakan hangat, kaku dan ohh.. Is’t fantastic.. Oh ternyata otot kokoh itu begitu besarnya kira-kira panjangnya 21 cm dan garis tengahnya 5 cm, yang makin membuatku tambah gila dan makin bersemangat lagi untuk menggulum ujungnya yang sudah merembes basah dengan cairannya yang keluar dan warnanya kemerah-merahan yang makin membuatku terangsang hebat.
Tanpa menunda-nunda waktu lagi segera kukulum, kuhisap dan kumasukkan ke dalam mulutku sehingga rasanya mulutku tidak mampu lagi menerima penis yang segede itu walaupun aku sudah menggangga selebar-lebarnya, yang bisa masuk hanya kepalanya saja sedangkan batangya tidak sampai seperempatnya, mulutku terasa sudah begitu penuh. Tapi nggak apa-apa, demi dia akan kuberikan servis yang sebaik-baiknya dan akan kukerahkan seluruh kemampuanku untuk memuaskan dia. Setelah aku puas mencumbui seluruh badanya dan penisnya, maka sekarang aku yang ganti tidur telentang disampingnya, dan rupanya dia juga ingin berbuat sama seperti yang telah kulakukan padanya, dia mulai menelungkup diatas pahaku dan setelah itu kurasakan ada rasa hangat dan lembut diujung kepala penisku dan ketika mataku kubuka, ternyata dia sedang menghisap penisku dengan tenangnya dan tanpa ada rasa ragu-ragu lagi dan dengan penuh kelembutan dijilatinya daerah V yang sangat enak sekali untuk dirangsang itu. Aku bertambah menggelinjang keenakan dan kegelian yang makin membuatku tambah terangsang hebat.
Akhirnya aku berinisiatif sendiri tanpa persetujuannya terlebih dulu, kuambil lotion, kuoleskan pada penisnya yang ngaceng tegak berdiri dengan angkuhnya dan besar itu, sambil kukocok-kocok naik turun, sedangkan tanganku yang satunya lagi mengambil lotion dan kuoleskan pada lobangku sambil memasukkan jariku, satu jari sampai lancar, dua jari dan tiga jari, walaupun aku sebetulnya ngeri juga melihat gede penisnya yang seperti itu jangan-jangan lobangku nggak mampu untuk dimasuki, dan gimana rasanya, apakah sakit, enak, nikmat atau oh nggak tahulah yang penting dicoba dulu pikirku dalam hati.
Setelah aku merasa sudah siap, segera aku naik ke atas tubuhnya dengan posisi duduk diatas selakangannya dan segera kubimbing penisnya dengan tanganku untuk memasuki lobangku, mulanya terasa enak, ada benda hangat yang mencoba untuk menerobos masuk, tapi makin lama kurasakan sakit sekali saat benda itu mulai menembus masuk sampai kurasakan kepala penisnya sudah masuk semua, aku menghentikannya untuk beberapa saat sampai rasa sakit itu berangsur-angsur hilang, kuteruskan lagi, berhenti lagi, kumasukkan lagi dan berhenti sejenak sampai tak terasa seluruh batangnya sepanjang 21 cm itu masuk seluruhnya dalam lobangku, aku diam sejenak untuk merasakan nikmatnya dan hangatnya penis segede itu didalam lobangku. Kemudian aku mulai mengambil gerakan naik turun diatas tubuhnya, kulihat dia juga menikmatinya dengan mata terpejam dan dada turun naik dengan nafas yang tersengal-sengal, sekali-kali diiringi dengan desisan dari mulutnya yang dihiasi kumis tebal itu.
“Oooh, ooh enak, pak”
“Enak sekali pak, rasanya kayak dapat perawan saja” lenguhnya
Aku sudah nggak peduli dengan segala ocehannya itu, setelah cukup lama aku dalam posisi seperti itu, akhirnya kucabut penisnya dari lobangku, dan seakan dia merasa menyesal dengan kejadian itu. Aku segera mengambil posisi terlentang sambil mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi dan kusuruh dia untuk mengentot aku dari atas agar dia bisa bergerak bebas menurut gayanya, dan dia mengerti apa yang kuinginkan. Segera dia bangkit dari posisi tidurnya dan jongkok di depan lobangku sambil memegang penisnya, dia masukan perlahan-lahan penisnya yang gede itu dan bless, amblaslah semua penisnya dalam lobangku, dan segera dia melakukan gerakan maju mundur sambil memanggul kedua kakiku dibahunya agar seluruh penisnya bisa masuk semuanya. Akupun tidak tinggal diam, segera kukocok penisku sendiri dengan tanganku sambil melenguh-lenguh keenakan.
“Aoohh, oohh”
“Auucchh, ayo cepet kamu keluarin, aku mau keluar nih” kataku.
“Iya, bentar lagi sudah mau nih” katanya lagi.
“Kita keluarin bareng-bareng yaa” kataku lagi.
“Iya” jawabnya singkat.
“Ooohh, oohh, sudah mau keluar nih”
“Ok, tunggu sebentar, oohh, yuupp, aayyoo” kocokan tambah keras pada penisku dan “Aaahh”
Cret, cret, cret, pejuhku menyembur diatas perutku dan dadaku dan kulihat dia segera mencabut penisnya dan dikocoknya dengan cepat diatas perutku dan cret, cret, cret, cret menyemburlah pejuhnya yang sangat banyak sekali diatas perutku dan dadaku bahkan ada sebagian yang mengenai mukaku. Bercampurlah pejuhku dan pejuhnya, kemudian dia memelukku dan badan kami serasa licin oleh pejuh kami berdua sambil digesek-gesekan diantara badan kami yang basah oleh keringat, basah oleh pejuh dan oh nikmatnya malam itu.
Kami segera bangkit dan masuk kekmar mandi untuk membersihkan diri dengan air hangat kalau tadinya kami mandi sendiri-sendiri, sekarang kami mandi berduaan, sambil saling menggosok, saling menyabuni dan kadang-kadang dengan manja kupegang penisnya yang besar itu walaupun sudah tidak tegang lagi dan kukecup ujungnya dengan bibirku.
Akhirnya, sejak malam itu dia pindah kerumahku yang memang kutempati sendirian daripada dia kehilangan uang lagi untuk kontrak kamar dan biarlah dia menjadi satpam dikantorku dan juga satpam pribadi buat diriku kalau dia tidak sedang dinas jaga malam.

aku diperkosa teman kepercayaanku

19 Desember 2010 tommylovezacky 40 komentar
Hari ini sekolahku pulang agak pagi karena bapak dan ibu guru melakukan rapat di kantor dinas pendidikan ,aku merasa sangat senang sekali karena hari ini aku pulang agak pagi ,namaku Rian umurku 18 tahun anak anak smak di sekolah katolik ,tubuhku termasuk tubuh seorang cowok yang atletis dengan badan sixspack diikuti kulit putih dan rambut pirangku membuat para gadis menjadi tergila gila padaku ,namun apa dayaku aku sama sekali tidak bisa menyukai mereka sama sekali ,bukan karena mereka itu jelek melainkan karena aku sama sekali tidak tertarik sedikitpun dengan kaum perempuan,aku sungguh tak mengerti mengapa semua ini terjadi padaku ,sampai kelas 3 sma aku belum pernah mengalami apa yang dinamakan pacaran ,bahkan teman temanku sering berkata padaku kalau aku itu tolol ,mengapa ? karena aku sudah ganteng,tinggi 170 lebih ,kaya dan pintar sampai sekarang belum memiliki seorang cewek sekalipun,aku hanya focus ke basket basket dan basket ,karena aku merupakan kapten dari team basket yang ada disekolahku,namun semua itu sama sekali tak membuatku minder ,aku terlanjur terlalu cuek dan tidak peduli sama sekali dengan semua kata kata mereka,bagiku mereka semua terlalu iri dengan keadaanku saat ini ,dan itulahyang terjadi. Aku mempunyai 5 sahabat yang sangat pengertian dan perhatian padaku ,sehingga aku memberi nilai lebih kepada mereka dibandingkan dengan teman temanku yang lain.Dia ialah Rio orang yang sama memiliki wajah tampan namun masih dibawahku,Roby orang yang memberi motivasi padaku,Wendi orang yang setia menemaniku disaat aku membutuhkanya ,dan sueng dan Dian orang yang sangat gokil dengan kekayaan dan kepintaranya “yan kita renang yuk aku udah lama banget pingin renang nih “ kata Wendi “ide yang bagus ,aku juga BT kalau pagi gini udah langsung kerumah” “tapi lok kita berlima aja kagak seru ,aku,dian sueng ,dan robi bawa pacar kami juga ya,loe gimana rio ,yan?” “gue gak punya pacar euyyyyyyyy”kata rio “gue juga gak punya pacar , udah lah terserah kalian,kalian bawa mobil kalian masing masing yaw “ “mobil gue gy di bawa bokap ke kantor yan gue ma loe ya ,gue kan friend lo” “dasar…… ya udah aku ganti baju dulu ke rumah n bawa persiapanya u langsung ikut gue pa ntik q jemput yo?”kataku “q ikut kamu aja yan dirumah sepi Cuma ada pembantu” “yau dah, mari kita berangkat tunggu q disana ya temen temen” Aku pun segera menuju parkiran sekolahku dan langsung ambil mobil Rio ternyata sudah menunggu di gerbang sendirian ,dan setelah aku sampai ke mobil langsung saja kami berangkat ke rumahku dulu…. 15 menit kemudian kami nyampe rumahku disana pak tarno selaku satpan rumahku langsung membukakan pintu dan menyuruhku masuk ,aku dan rio langsung memasuki rumahku yang relative agak besar dibanding rumah temanku yang lain. Rio melihat sekeliling ,melihat foto fotoku ketika masih kecil,melihat koleksi film ku ,dan tanpa sengaja rio menemukan koleksi bokep pribadi milikku dan langsung memanggilku “Ysatpan rumahku langsung membukakan pintu dan menyuruhku masuk ,aku dan rio langsung memasuki rumahku yang relative agak besar disbanding rumah temanku yang lain Rio melihat sekeliling ,melihat foto fotoku ketika masih kecil,melihat koleksi film ku ,dan tanpa sengaja rio menemukan koleksi bokep pribadi milikku dan langsung memanggilku “Yan rumah kamu sepi banget ,dan u punya koleksi bokep lagi enak nih lok ma pacar u kelak mbokep disini “ “ya beginilah rumahku yo agak sepi ,semua kan kerja ,jadi aku sendirian disini”kataku sambil menutup pintu kulkas karena q baru aja ngambil minum “gue mau ke kamar u donk “ kata rio sedikit memaksa “gue kan mau ganti yo” “sama cowoknya juga ,q juga mo pinjem baju kamu ya ,masak pakai seragam gini bisa di omelin satpol PP nih“ “q gak biasa gantu ma cowok yo soalnya “ kataku berusaha menolak “alah udahlah jangan banyak bicara” Kami pun segera masuk kamar ,dan aku tak tahu apa motif rio tiba tiba aja dia mengunci pintu kamarku,aku sempat kaget namun dengan lekas aku udah tenang kembali. Aku pun dengan sedikit melu segera membuka kaos seragam putih abu abuku dan celananya juga Kini aku hanya mengenakan boxer biru yang agak ketat dan mungkin kontolku bakal kelihatan menonjol jika kontolku ngaceng Aku mlihat kearah Rio sesuatu yang berbeda terjadi padanya ,ia memandangiku tajam ,pandanganya terasa lain bukan memandang layaknya cowok biasa memandang temanya ganti , melainkan pandangan penuh nafsu yang menggelora dari anak se usia sma sepertiku “yan…..”kata rio sambil berusaha menelan ludahnya dengan menatapku tajam “kenapa, kenapa loe ngeliatin gue gitu “ “yan badan kamu sexy banget kalau tidak memakai seragam ,sungguh terlihat kotak kotak dan menarik sekali yan,apalagi kalau kamu……..”kata rio tak melanjutkan Entah kenapa aku merasa takut dengan pandangan rio seperti itu apalagi setelah ia bilang ia tertarik padaku itu sangat membuatku takut, “loe kenapa sih yo ,suer loe buat aku takuut tau “ “yan aku mau Tanya boleh kagak “ “boleh kenapa ndak Tanya aja ,”kataku berusaha berpikiran positif “loe pernah ngocok belum yan “ “apa ……!”aku sungguh kaget dengan pertanyaan rio “coli ngocok yan onani pernah apa gak “ “loe ngapain Tanya begitu” “yan sepertinya gue nafsu liat kamu telanjang yan kita ngocok bareng yuk yan” Aku sungguh bener bener seperti terkena petir tak menyangka dengan apa yang aku dengar ternyata orang yang selama ini ku percaya adalah seorang Gay.Astaga !!! “yo gue kebawah dulu yaw gue mau ambil minum gue haus lagi nih”kataku cepat dan ingin segera meninggalkan kamarku jauh jauh Namun ia bukanya mengijinkan ku ia malah tiba tiba mendorongku ke kasurnya ,karena badan ia lebih besar sedikit di banding q aku jadi terjatuh “mati gue “ pikirku secara tiba tiba Gue pun langsung mendorong rio hingga jatuh ,aku pun segera memukul muka rio dengan sekuat tenaga , Rio pun juga membalas pukulanku dengan mengayunkan bogemnya tepat di perutku Aku pun terjatuh karena tak kuat menahan rasa sakit Rio mendekatiku perlahan Perlahan ia menyingkirkan tanganku dari perutku yang aku pegang karena sakit dan aku menatapnya tajam ,ia tersenyum dan perlahan menidurkanku ,entah apa yang terjadi aku merasa terkena hipnotis ,aku tak bisa melawanya ,entah kenapa itu terjadi Kini aku telah tidur di kasurku Rio pun segera melepaskkan perlahan kaos yang aku pakai,dan menurunkan boxer yang aku pakai ,aku pun hanya menurut,kini aku dalam keadaan telanjang bulat ,tanpa sehelai kain pun ia tersenyum kepadaku dan perlahan ia membuka seragam yang ia pakai dan Tshirt yang ia pakai dan juga celananya Kini ia juga dalam keadaan telanjang bulat dengan kontol yang hitam dan agak besar mulai mengacung untuk segera dihisap oleh seseorang Ia pun meniduriku ,aku merasa badanku setelah ditindihnya begitu hangat aku pun lemas ,lalu dengan santai ia mendekatkan mukanya ke mukaku,perlahan mulutnya menyerang bibirku,ia mencium mulutku dengan ganas ,ia membuka mulutnya dan berusaha memasukkan lidahnya ke mulutku ,aku pun demikian ,inilah ciuman pertamaku dengan manusia selain orang tuaku,sungguh hangat dan nyaman Aku terus diserang dengan ciuman itu ia semakin melumat lidahku dihisapnya air ludah dari lidahku ,tak mau ketinggalan aku juga melumat bibirnya ,ia semakin nafsu kepadaku ia pun melepas ciumanya Kini ia menciumi leherku ,rasanya nikmat sekali bagai menerima kehangatan sendiri,leherku dicumnya dan di jilat sesekali sambil memberikan sedikit hisapan di leherku ,aku pun menghela nafas kenikmatan Ia semakin turun ke putingku lidahnya dengan sakti mempermainkan pucuk putingku ,aku merasa geli geli kenilmatan ia turun lagi ke perutku namun tanganya dengan cepat mempermainkan putingku,aku merasa sangat nikmat sekali air ludahnya sudah membasahi putingku rasanya sungguh terbang seperti mimpi “Rio enak yo terus yo” Kini kontolku mulai ngaceng dan mulai tegang ,ukuranya kurang lebih sudah 15 cm an ,rio pun semakin berambisi ia menurunkan lagi ciumanya yang kini tepat di bagian kontolku Rio segera menjilat kontolku owhhhhhhhhhhh anjing rasanya nikmat sekali ,ia langsung memegang kontolku dan langsung menghisapnya ,mulutnya ia buka dan kontolku pun dimasukkan ke mulutnya …. Owhhhhhhhhhh yeahhhh iamenghisap maju mundur maju mundur Aku terasa semakin kenikmatan…….owhhhhhhh yeahhhhhhhh terus isepin yoooooo isep terussss,ia mempercepat menyedot kontolku kontolku di masuk keluarkan dari mulutnya ,sesekali ia pun mempermainkan ujung kontolku yang masih merah ,owhhhhhhhh yeahhhh Clupppppppp….cluppppppppppp.cluoooooooooooop] Yeahhhhhhhh enak yooooo aku pun semakin memanas, apa lagi ketika tangan rio yang kiri mempermainkan putingkan dan yang kanan memegang kontolku untuk di hisep di mulutnya ,kontolku pun mulai bergetar setelah 5 menitan owhhhhhh Yeahhhhhhhh yo enak yooo kau temanku yang berharga Tangan kirinya sesekali mencubit pentil atau putingku sehingga aku sesekali merintih kesakitan dan kenikmatan ,owh yeaahhhhhh ria pun setelah mengetahui kontolku semakin bergetar karena pejuhku mau keluar ,segera mempercepat hisapanya dan menyedotnya dengan nikmat dan owhhhh] Yeahhhhhhhhh Crottttttttttttttttttt] Crot Crottttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt Pejuh itu keluar dari kontolku ,rio pun menghisapnya dan menelanya,tubuhku menggeliat menerima luncuran pejuhku tadi ohhhhhhh Enak yooooooo Enak yyyyyyyyyyyyooooooooooooo Aku pun sekarang berdiri demian pula rio,lalu aku perlahan menyuruh rio untuk tidur,rio pun sekarang gentian aku tindih ,aku menempel di tubuh riooooooooo ,rio pun menggesek gesek kan kontolnya ke kontolku yang penuh akan pejuhhhhhh lalu aku mencium kembali mulut rio Mulut rio yang masih ada sedikit pejuh dariku langsung saja aku jilat sehingga pejuh itu masuk ke mulutku Rasanya asin asin gimana begitu …… Aku pun berdiri dan ,rio pun serasa dapat code ,ia kini tengkurap dan pantatnya sedikit di naikkan ke atas aku pun menghusap kontolku Dan dengan perlahan aku dengan tanganku memassukkan kontolku ke pantat Rio Rio pun menjerit karena merasa kesakitan Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh,awwwwwwwwwwwww, Jeritanya pun semakin keras tat kala aku mulai memassukkan sedikit demi sedikit kontolku ke pantatnya Owhhhhhhhhhh sakit yan owhhhhhhh Sku pun mrmsdukksn kontolku perlahan hingga akhirnya kontolku masuk semuanya Owhhhhhhhhhh blessssss Aku lalu menyodokkan kontolku pelan pelan owh yeahhh Mmmmmmmmm uhmmmmmm Aku memaju mundurkan kontolku ke pantat Rio ,rio pun berusaha menikmati “rio rasanya nikmat yo” Oh yeahhhhhh Kontolku pun aku sodokkan sekali lagi ,maju mundur tepat di pantat rio hingga dalam,yeahhhhh uhmmmmmm ahh Mmmmmmmmmmm aku menambah kecepatan menyodok kontolku ke pantatnya Ia semakin merintih kesakitan Owhhhh yeahhhhhhhh ohhhhhhh enak yan Ia semakin memerah mukanya ,akupun semakin menggila Ku sodokkan kontolku berkali kali Ia hanya kesakitan owhhhhhhhh yeahhhhhhhh Owhhhhhhhhh Tubuhnya yang sexy begitu mempesona ,aku pun menganggapnya ia seorang cewek Lalu aku berganti posisi kini aku berbaring dan dengan sigap rio paham dan ia memaju dan turunkan pantatnya Terlihat ia sangat menikmati kontolku ini Aku pun menyodoknya lagi kini ia terlihat begitu mempesona ,aku pun memegang kontolnya dan mengocoknya sambil ia menaik turunkan pantatnya dari kontolku Kontolnya terasa begitu hangat aku semakin cepat mengocoknya Dan ia semakin cepat menaik turunkan pantatnya hingga kontolku mulai akan keluar Yooooooooooooo kontolku mau keluar yooooooo Kamu keluarin aja yang owhhhhhhhhhhh Yeahhhhhhhhhhhhhhhh owhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Akhirnya aku tak kuasa lagi menahan pejuhku Crottttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt Crot Crotttttttttttttttttttttttt Owhhhhhhhhhhhh yeahhhhhhhhhhhhhhh mmmmmmmmmmmmmmmmm ohhhhhhh Aku pun menyodokkan kontolku Yeahhhhhhhhhh Fuck yo fucking ass hole Aku pun akhirnya ngencrettttttttt di pantat rio terasa begitu nikmat ,begitu sempit dan begitu asyikkkkkkk Yeahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm ,tak beberapa gentian rio yang ngencret karena kontolnya terus aku kocokkk Yeahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh yan enak yan mmmmmmmmmmmmmm Crot Aku pun melepas kontolku dari pantat riooooooooo Aku pun menggelepar di samping rio rio pun capek dan demikian pula aku ,aku memandang rio mia meandangiku juga Aku tak menyangga kami melakukan semua ini Aku mendekatkan mulutku ke rio Rio punnnnn menciumku “yan aku senang dan cinta padamu ,aku rela kau jadikan pelampiasan nafsumu,maukah kau jadi pacarku yan” “makasih banyaka yo ya pagi ini aku benar benar puas sekali ini kali pertama aku ngentot ma kamu” “I love u” rio pin segera memelukku sehingga kontolkami bergesekkan lagi “I love u too” aku pun kembali mencium rio Kami berdua akhirnya tidak jadi berenang Aku terlanjur tidur bersama rio sampai sore Sejak saat itu rio menjadi pelampiasaanku Aku sangat mencintai rio Bahkan kami melakukan oral sex di sekolah di saat bebas seperti ini Hingga mungkin disaat kami lulusan nanti Yang jelas ini ialah kisah yang bener bener terjadi Tidak direkayasa sama sekali Ini bener bener kisahku Aku seneng bisa berbagi sama kalian Kalau kalian mau ngesex ma aku tulus bukan karena dari hartaku aku siap Tapi aku musti izin dulu ke rio


Tukang Pijat Keliling

19 Desember 2010 tommylovezacky 11 komentar
Pada malam-malam tertentu di sekitar kompleks rumah kost-ku ada beberapa tukang pijat keliling yang suka lewat. Kedatangan mereka ditandai dengan suara-suara yang berasal dari kaleng-yang entah diisi apa-hingga mengeluarkan bunyi-bunyian yang khas. Beberapa kali aku pernah mencoba memakai jasa mereka kalau kebetulan badanku lagi pegal-pegal dan ingin dipijat. Sebenarnya pijatan mereka tidak terlalu enak dan kelihatan ‘amatiran’ dibandingkan tunanetra yang memang terlatih untuk memijat. Makanya tak jarang aku memakai jasa tukang pijat keliling itu untuk tujuan iseng saja: ketika libidoku lagi tinggi. Sayangnya niatku yang satu ini belum pernah kesampaian secara tuntas. Kadang-kadang orang yang kupanggil ternyata kurang menarik seleraku. Tapi begitu ketemu yang rada cocok, ternyata tidak mau menanggapi permintaanku, meski aku cuma sekedar minta ‘dipegang-pegang’ saja. Kalau sudah begitu biasanya aku tidak akan memakai jasa mereka lagi.
Sampai pada suatu malam, ketika aku sedang asyik nonton TV, tiba-tiba terdengar suara khas itu. Semula aku agak ragu, jangan-jangan yang lewat orang yang itu-itu lagi. Aku lalu keluar rumah dan berdiri di depan teras menunggu si tukang pijat lewat. Ternyata ia bersepeda dan tampaknya belum pernah kupakai jasanya. Setelah yakin, aku memanggil dan memintanya untuk menyusul ke kamarku.
Seperti biasa, aku mencopot seluruh pakaianku. Dan ketika tinggal celana dalam yang akan kulepas, orang itu mengetuk kamarku dan segera kupersilakan ia untuk masuk.
“Saya copot semua ya Mas,” kataku sambil melepas celana dalamku.
Orang itu cuma tersenyum dan mulai menyiapkan perlengkapan pijatnya. Aku segera berbaring telungkup di atas kasur.
“Belum pernah lewat sini ya?” tanyaku membuka obrolan.
Kali ini ia sudah duduk di samping kanan dan mulai memijat telapak kakiku.
“Pernah. Tapi baru sekali ini mijat di sini,” sahutnya datar.
Mungkin waktu ia lewat aku sedang tidak di tempat atau sedang tidak perlu jasa pemijatan.
“Nggak ‘pa-pa kan saya telanjang begini?” pancingku.
“Nggak ‘pa-pa,” sahutnya ringan. Logat Jawanya cukup kental. Ia mulai memijat bagian betis dan kakiku.
“Orang lain ada yang dipijat sambil telanjang begini nggak?” tanyaku lagi.
“Ada juga. Tapi kadang ditutupi sarung atau handuk.”
“Sampean banyak langganannya?” tanyaku lagi.
“Belum. Saya belum ada satu bulan jalan.”
Pantas. Tapi pijatannya lumayan enak. Katanya ia memang punya pengalaman memijat di kampungnya. Sayangnya di sana jasa pemijatan kurang laku. Makanya ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta.
Terus terang dari awal aku tertarik sama orang ini. Wajahnya cukup menarik. Berkumis. Rambutnya ikal agak cepak. Tingginya sedang saja, tapi badannya lumayan kekar dan kulitnya agak gelap. Rupanya ia dari Jawa Timur (masih ada turunan Madura, katanya), sudah beristri dan belum punya anak. Kutaksir umurnya belum ada 30-an.
“Saya sudah tiga puluh tiga tahun kok,” ia meralat tebakanku.
“Masa sih? Berarti sampean awet muda dong,” sahutku mulai menjurus. Ia cuma ketawa ringan.
Pijatannya sudah mulai menyentuh belakang pahaku. Aku sengaja menggelinjang beberapa kali. Aku yakin ia bisa melihat biji pelirku dari celah belakang pahaku. Aku memang sengaja memposisikan telungkupku sedemikian rupa sehingga bijiku terjepit ke arah belakang. Maksudnya memang untuk memberi ‘pemandangan provokasi’ padanya. Kontolku sendiri sudah ngaceng dari tadi. Terus terang malam ini tadinya aku berniat mau ngocok. Karena sudah hampir seminggu ini aku tidak ‘muncrat. Biasanya aku melakukan onani minimal tiga kali dalam seminggu. Cukup sering memang. Tapi kalau lagi ‘tinggi’ begini mau gimana lagi? Gairah seksualku selama ini memang lebih banyak kusalurkan lewat onani. Sudah lama aku tak ketemu laki-laki yang cocok untuk diajak nge-sex.
Aku kembali mulai menggelinjang, ketika pijatannya sudah mulai merambah bagian pantatku. Aku paling senang kalau dipijat di bagian ini. ‘Si Otong’ jadi semakin kencang saja. Ingin rasanya aku segera berbalik dan meminta dia melocoku. Tapi terus terang aku agak ragu. Aku takut kalau ia seperti tukang pijat yang lain, tak mau diajak ‘main-main’.
“Geli Mas..” aku agak ‘mengaduh’ sambil nyengir dan mengangkat pinggul ketika ia menekan pantatku agak keras.
Tapi ia tak bereaksi dengan komentarku, hanya agak mengendurkan pijatannya.
“Saya kalau dipijat pantatnya, suka tegang sendiri..” aku mulai berkomentar lagi, sambil kuselusupkan tanganku ke bawah membetulkan posisi ‘rudal’-ku.
“Sekarang lagi tegang ya?” tanyanya setengah bercanda. Pancinganku mulai masuk.
“Iya nih. Dari tadi!” balasku sambil menengok ke arahnya, “Sudah seminggu ini nggak dikeluarin sih,” aku mencoba becanda sambil melihat reaksinya. Ia cuma tersenyum sambil terus mengurut. Kali ini gantian pinggulku yang jadi sasaran pijatannya.
Aku lalu agak menggeser tubuhku untuk meraih remote control dan menyetel musik. Aku tak ingin pembicaraanku yang sudah mulai mengarah ini terdengar sampai keluar kamar. Ketika tubuhku beringsut, aku sengaja memperlihatkan sebagian batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat itu. Aku yakin ia pasti sempat melihat bagian tubuhku itu. Kulihat matanya tadi sempat melirik.
“Sampean sih enak, punya isteri,” aku kemudian meneruskan obrolan setelah kembali telungkup.
“Isteri saya di kampung kok Mas,” sahutnya.
“Lha?” aku kaget tapi cukup senang juga karena punya celah untuk ngomong lebih ‘jauh’.
“Tapi sampean kalau lagi pingin ‘kan bisa pulang. Lha kalau saya?” lanjutku.
“Pulang? Emang nggak pake ongkos?” balasnya sambil ketawa.
“Terus kalau lagi kepingin gimana?”
“He he he.. Mas ini kok suka mancing-mancing sih?”. Sialan! Ia tahu arah pembicaraanku. Tapi aku ketawa juga mendengar kalimatnya.
“Saya sih, terus terang kalau lagi pingin, ya ngocok saja..,” aku mulai berterus terang.
“Tapi kok seminggu ini belum dikeluarin?” tanyanya cukup ‘kritis’ juga. Nadanya rada becanda, membuatku mulai tumbuh harapan.
“Maunya sih dikeluarin. Tapi masa di depan sampean?” balasku sambil ketawa. Ia diam tak menanggapi kalimatku, tapi sempat kudengar ia menarik nafas. Entah apa artinya.
Beberapa saat kemudian ia memintaku untuk berbalik telentang karena bagian belakang sudah selesai dipijat. Nah, ini dia!
“Nih lihat!” kataku begitu berbalik telentang menghadap ke arahnya, sambil kutunjukkan batang kontolku yang masih membesar tegang ke arahnya. Ia tersenyum geli melihat ulahku. Tapi matanya agak takjub demi melihat batang kemaluanku yang meradang itu. Mungkin ia belum pernah melihat kemaluan laki-laki lain. Atau mungkin ini pengalaman aneh baginya. Atau ia memang suka dengan pemandangan yang kuberikan. Entahlah, aku tak peduli. Aku hanya ingin memprovokasi dia. Maka, dalam posisi telentang itu, aku mulai meremas dan mengurut-urut sendiri punyaku. Sementara ia mulai memijat bagian depan kaki dan pahaku. Senjataku secara frontal nyaris tegak mengacung di hadapannya. Sengaja aku memamerkan semua ini. Toh dari tadi aku sudah cukup terbuka padanya.
“Gede juga,” tiba-tiba ia nyeletuk dengan tawa tertahan. Sialan, aku tambah ngaceng mendengar komentarnya.
“Gedean mana sama punya sampean?” pancingku.
“Hmm.. Sama lah,” sahutnya.
Tiba-tiba tangannya yang tengah memijat pahaku itu terulur dan meraih punyaku. Aku sempat menahan nafas. Ada beberapa saat ia sempat menggenggam dan meremas batang kemaluanku. Darahku langsung berdesir. Aku hampir berteriak kegirangan. Tapi sesaat kemudian ditariknya lagi tangannya. Terus terang aku kecewa. Tapi keyakinanku mulai timbul lagi.
“Punya sampean keras banget,” rupanya tadi ia ingin mengetes kematangan ‘pisang ambon’-ku. Komentarnya membuatku semakin terinspirasi untuk berbuat lebih jauh. Aku kembali mulai memilin-milin batang kontolku. Bahkan kali ini aku mulai melakukan gerakan mengocok, pelan dan kuat secara bergantian. Beberapa kali kutangkap matanya memperhatikan gerakan tanganku dengan pandangan tertentu. Membuatku semakin vulgar beronani di depan dia.
“Sampean mau bantuin nggak?” akhirnya aku meminta. Kurasakan kalimatku agak tercekat oleh gejolak birahi yang makin mengental. Kulihat dia sempat menarik nafas. Lalu kembali ia cuma senyum-senyum saja dan meneruskan pijatannya di pahaku. Ya sudah, pikirku. Aku akan menyelesaikannya sendiri kalau memang ia tak mau.
Ada beberapa saat aku asyik meloco dengan kocokan-kocokan yang makin kuat dan liat. Cairan bening sudah banyak keluar dari lubang kecil di ujung kepala kontolku dan mulai meleleh. Aku meraihnya dan mengoleskannya ke sekujur batangku, lalu menggunakannya sebagai pelumas. Kembali aku memompa kontolku dengan gerakan yang sudah rutin aku lakukan. Aku mulai melenguh kenikmatan. Sementara ia masih mulai memijat bagian dada dan perutku. Matanya sesekali mengamati perbuatanku dengan pandangan agak serius.
Akhirnya aku tak kuat lagi. Kucoba meraih tangannya dan mengarahkannya ke selangkanganku. Semula ia pasif saja. Tapi tanganku terus membimbingnya untuk meremas dan mengocok milikku. Sampai sesaat kemudian ia mulai merespon. Pelan-pelan kulepas tanganku. Kini tangannya mengambil alih memijat milikku! Sementara tangannya yang lain pelan-pelan mulai mengusap-usap dan mempermainkan jembut yang ada di bawah perut dan sekitar lipatan pahaku. Bingo!
Aku menghela nafas lega, memejam mata dan meresapi sentuhan tangannya. Akhirnya kesampaian juga keinginanku untuk di-onani oleh seorang tukang pijat. Kegembiraanku lalu berganti dengan desah dan lenguh kenikmatan. Ia benar-benar mau membantuku. Sentuhan jari dan tangannya memang sepertinya terlatih untuk memijat. Kadang hanya dengan dua jari ia menjepit batangku, lalu memijat-mijatnya, dan itu sudah menimbulkan rasa yang sangat enak sekali. Jarinya bergerak laksana sedang memanjat sebuah pohon berbatang lurus dengan gerakan naik turun secara teratur.
Beberapa saat kemudian ia menjepitkan jarinya pada pangkal kemaluanku sehingga membuat batang dan kepala kontolku padat mengeras. Aku senang karena ia penuh dengan inisiatif. Apalagi kemudian ia melumuri sekujur otot kenikmatanku itu dengan minyak yang tadi digunakan untuk memijat. Sesaat kemudian jari-jarinya mulai mengelus, memilin dan mengurut batangku yang mengeras dan penuh minyak itu dengan gerakan yang benar-benar terampil. Badanku sampai bergidik merasakan hasil perbuatannya. Tapi ia malah senyum-senyum melihat aku tersiksa oleh perbuatan tangannya itu. Cukup lama ia mengerjai milikku dengan cara seperti itu, sebelum akhirnya ia melocoku dengan gerakan yang umum dilakukan laki-laki bila sedang onani. Rasanya enak sekali..
“Sampean mau?” tanyaku di sela-sela acara main-main itu. Ia menggeleng dengan gerakan yang lucu. Tapi tanpa sepengetahuannya aku berusaha meraih selangkangannya dan menemukan sebuah tonjolan kenyal yang padat di depan celananya. Aku meremasnya. Ia kaget karena memang tidak menyadari perbuatanku. Ia berusaha menepis tanganku, tapi aku bertahan. Dan akhirnya ia menyerah. Membiarkanku meremas-remas.
Kurasakan tonjolan di bagian depan celananya itu mulai memadat. Aku terus berusaha meremas dan mengelus-elusnya dengan kuat. Ia kembali berusaha menepis, tapi aku setengah memaksa. Ia lalu mempergencar rangsangannya pada batang kemaluanku agar perhatianku teralih. Bahkan tangannya berusaha mengatur posisi kaki dan pahaku agar lebih terkangkang. Lalu ia mulai mengocokku dengan gerakan lebih liat dan kuat. Sisa olesan minyak tadi memperlancar gerakan tangannya, membuat kontolku meluncur-luncur licin dalam genggamannya. Benar saja, konsentrasiku buyar dan aku melepas tanganku dari selangkangannya. Aku kini lebih terfokus menikmati pijat auratnya itu. Kurasakan desiran-desiran rasa nikmat mulai merayapi pangkal kemaluanku. Tubuhku beberapa kali menggelinjang tak terkendali. Sementara ia mempermainkan kontolku dengan berbagai variasi yang setiap gerakannya memberiku rasa nikmat yang terus mengalir. Mulutku hanya bisa ber-’ah uh’ saja merasakan itu semua. Dan ketika ia mulai mengerjai biji pelirku dengan cara meremasinya dengan minyak, sementara tangannya yang lain mengurut-urut batangnya, aku mulai merasakan puncak birahiku datang menjelang. Beberapa kali tanpa sadar pantatku tersentak ke atas, seiring gerakan yang ia lakukan pada wilayah di sekitar alat vitalku itu.
Aku merintih dan terus merintih. Nikmat itu makin mengental. Ia mengurut dan terus mengurut. Makin nikmat. Tambah nikmat, dan.. Ohh, tubuhku melenting, menggeliat, menggelepar tak karuan. Kucengkeram ujung sprei yang sudah sejak tadi berantakan dan basah oleh keringatku. Tubuhku mengejang. Mulutku mendesis-desis keenakan. Dan akhirnya aku mengerang cukup keras ketika ejakulasiku datang dengan derasnya.. Perut dan spreiku basah oleh cairan mani yang memancar banyak dan berkali-kali dari ujung lubang kontolku. Aku berusaha menahan tangannya yang terus menggenggam milikku yang sudah kelojotan itu. Tapi ia bertahan. Dan ia baru melepas tangannya ketika aku berusaha menggapai-gapai dan membalas meremas selangkangannya.
Ada beberapa saat kami saling meremas-remas. Kurasakan senjatanya sudah sangat mengeras. Ketika aku berusaha membuka celananya, ia malah berdiri dan kemudian menarik resleting dan melepas sendiri celananya sehingga kini bagian bawah tubuhnya hanya tertutup celana dalam saja. Sementara ia belum melepas kaos oblongnya yang mulai basah oleh keringat itu. Terus terang aku takjub dan kaget dengan apa yang ia lakukan. Malam ini aku tak hanya mendapat service tambahan, tapi tampaknya sebentar lagi akan kudapatkan juga tubuh laki-laki ini.
Ketika celana dalamnya yang berwarna putih itu akan dilepasnya, aku menahannya. Aku lalu duduk di tepi ranjang, menghadap dia yang berdiri mengangkang di depanku. Dan ketika ia sibuk melepas baju kaosnya, kuulurkan tanganku untuk meraih benda bulat panjang yang menonjol miring di bagian depan celana dalamnya. Kuelus dan kugosok-gosok sekujur otot kelelakiannya itu. Ia menghela nafas beberapa kali merasakan perbuatanku. Dadanya yang bidang itu kembang kempis oleh desakan nafsu birahinya. Sesekali tanganku merayap ke sana, memainkan putingnya yang banyak ditumbuhi rambut halus.
Ketika akhirnya kain segitiga putih yang membalut sisa tubuhnya itu kutarik ke bawah, kulihat batang bulat panjang dengan kepala kontol yang besar membonggol, basah oleh cairannya sendiri. Jembutnya lebat keriting. Kulit skrotum-nya padat dan penuh bulu. Aku mengelus-elus bagian itu. Dan kurasakan tubuhnya bergidik. Dan ia pelan-pelan meregangkan pahanya. Seolah memintaku untuk berbuat lebih. Dan aku meneruskan perbuatanku mengelus-elus biji pelirnya. Tubuhnya kembali bergetar akibat sentuhanku itu. Beberapa saat kemudian tangannya bergerak ke bawah dan mencoba mengocok miliknya sendiri. Kubiarkan. Aku justru menikmati pemandangan langka: seorang laki-laki tengah onani. Tubuhnya tersengal-sengal oleh gerakan tangannya yang menurutku agar kasar itu. Nafsunya mungkin sudah sampai ke ubun-ubun. Mulutnya menggeram tak jelas. Aku takut ia muncrat sebelum aku sempat menikmatinya. Kuminta ia untuk berbaring saja di kasur. Dan ia menurut.
Tubuhnya segera rebah. Pahanya yang gempal padat itu langsung terbuka mengangkang. Poisisinya seolah memintaku untuk segera ‘menyetubuhi’nya, layaknya beberapa laki-laki yang pernah tidur denganku. Aku lalu naik ke ranjang dan memposisikan tubuhku di antara rentang pahanya. Tanganku langsung menggenggam. Benda bulat panjang itu pun langsung bereaksi. Berdenyut-denyut dalam genggamanku. Hangat dan pejal. Tubuhnya mulai gelisah. Matanya terpejam tapi mulutnya seperti ikan tengah kehabisan air.
Kini gantian aku harus melayani hasrat seksual laki-laki pemijat yang baru kukenal ini. Malam ini aku seperti mendapat durian runtuh. Dan durian itu sebentar lagi akan kubelah. Kuendus aromanya. Aroma khas tubuh lelaki: bau selangkangan yang lembab oleh keringat birahi. Sementara daging dalam genggamanku laksana daging durian yang mengkal siap santap. Maka, aku pun tak kuasa untuk langsung melahapnya! Aku tak peduli apakah ia tahu perbuatanku atau tidak, berkenan atau tidak, aku tak peduli. Mulutku langsung penuh. Langsung melumat dan melamuti bagian kepala ‘durian’ runtuh ini. Ia menggeliat dan mulutnya mengerang penuh kenikmatan. Tiba-tiba kurasakan tangannya memegangi kepalaku. Jadi ia tahu apa yang kuperbuat. Dan tampaknya ia menyukainya. Tangannya berusaha menekan kepalaku, memintaku untuk menelan lebih banyak dan lebih dalam. Terus terang aku harus berusaha keras karena ukurannya gede. Tapi aku menyukainya. Daging kontolnya terasa liat dan legit dalam jepitan mulutku. Meluncur licin dalam pilinan lidah dan bibirku. Benda itu sudah basah kuyup oleh ludah dan mungkin precum-nya yang sesekali terasa asin di lidahku. Kontol tukang pijat ini memang enak untuk diisap dan dikenyot-kenyot.
Entah sudah berapa lama aku tak menikmati kontol lelaki. Makanya malam ini aku seperti balas dendam. Bukan hanya batang dan kepala kontolnya saja yang jadi bulan-bulanan mulutku. Daerah sekitar celah paha dan selangkangannya yang penuh bulu pun tak luput kujelajahi. Beberapa kali ia sempat meronta kegelian, sampai aku harus menindih kakinya agar tak banyak bergerak. Dan ketika aku menarik batang penisnya ke atas, lalu secara merata kujilati kantung pelir dan daerah bawah di dekat lubang anusnya (tulang pirenium), ia mengerang dan punggungnya terangkat. Tentu saja ia kegelian. Aku pun pernah merasakan dikerjai di daerah itu. Makanya tak heran, suara ‘ah-oh’ yang panjang mulai keluar dari mulutnya ketika aku terus menelusupkan mulutku ke bagian itu. Beberapa kali kudengar guMaman dan suara menggeram yang tak jelas dari mulutnya. Ia terlihat sangat kenikmatan. Sekilas kulihat tubuh dan wajahnya sudah penuh keringat. Kumisnya tampak basah, sementara mulutnya menguncup dengan nafas yang menderu.
Beberapa saat kemudian tubuhnya menggelinjang hebat. Pahanya berusaha menjepit kepalaku yang masih terbenam di selangkangannya. Terus terang aku agak kewalahan.
“Aku mau keluarhh.. Mau keluarhh..,” desahnya sambil mengarahkan tangannya ke kontolnya. Aku segera mengambil alih. Dan ia menarik tangannya kembali. Segera ku-onani dia dengan gerakan yang pelan namun liat bertenaga. Kini kedua tangannya terentang ke atas. Pasrah dalam kenikmatan. Kepalanya meliuk-liuk tak karuan. Bulu ketiaknya yang lebat tampak menyeruak basah penuh keringat. Kedua kakinya kini terjulur, merentang ke samping. Tapi pinggulnya pelan-pelan bergerak ritmis, seiring kocokan tanganku. Tampak sekali ia menikmati perlakuanku.
Ada beberapa saat suasana agak hening. Yang terdengar hanya suara kocokan tanganku pada kontolnya dan desah kenikmatan dari mulutnya. Pinggulnya sesekali masih berputar-putar mengikuti remasan yang kulakukan. Lalu pelan-pelan ia mulai gelisah. Kali ini pantatnya mulai menyentak-nyentak ke atas. Lalu gerakan pinggulnya makin tak teratur. Patah-patah. Lalu mengejang. Dan akhirnya cairan putih kental menyembur banyak dan berkali-kali dari lubang kontolnya. Sebagian tumpah di atas perut dan dadanya. Tapi ada sebagian tadi yang muncrat ke wajahku. Segera saja aroma khas sperma menyebar. Aku menghirupnya laksana udara pagi yang segar menyehatkan. Aku puas melihat ia puas. Tapi tanganku masih berusaha memijati batang kontolnya yang mulai melemas. Sementara ia menggelepar lunglai dengan tubuh basah kuyup. Sesekali tubuhnya tersengal diiringi suara desah kepuasan dari mulutnya. Matanya merem melek, sayu, tapi penuh rasa puas.
“Gimana? Enak kan?” kataku sambil mendekat ke wajahnya. Senyumnya mengembang. Tangannya lalu meninju bahuku. Kami lalu tertawa bersama.
“Sampean ini..,” katanya sambil berusaha bangun.
“Kenapa?” tanyaku.
“Bisa saja..,” sahutnya masih tak jelas.
“Sampean nyesel ya?” tanyaku lagi. Ia menghela nafas. Lalu menggeleng.
“Belum pernah saya begitu,” katanya.
“Begitu gimana? Diisap?” tanyaku penasaran.
“Semuanya!” sahutnya. Kembali kami tertawa.
“Tapi gimana? Enak ‘kan? Suka nggak?” aku memberondong.
“Yahh, lumayan. Sudah dua minggu nggak muncrat!” katanya sambil ngakak.
Pantas, kataku dalam hati sambil mengamati tubuh bugilnya yang mulai beranjak bangun. Baru kusadari kalau laki-laki ini sexy sekali. Seluruh rambut dan bulu yang ada di tubuhnya tampak basah oleh keringat. Aku membiarkannya beberapa saat, sebelum akhirnya kupinjami ia handuk untuk mengeringkan tubuhnya.
Kami lalu berpakaian. Kubayar ia dua puluh ribu, tarif standar. Lalu kutambahi sepuluh ribu. Ia tertawa dan berusaha menolak, karena ia juga merasa mendapat ‘service tambahan’. Tapi aku memaksanya untuk menerima uang itu. Tentu saja aku mengharap dia masih mau datang lagi. Dengan gaya kocak ia mengiyakan permintaanku, meski aku sendiri ragu.
Malam itu aku tidur dengan rasa puas. Puas karena kudapatkan laki-laki yang mungkin bisa jadi tempat pelampiasan birahiku selama ini. Hanya satu yang agak kusesali mengenai kejadian malam itu: aku lupa menanyakan namanya!
Ternyata namanya Hasbi. Suatu malam, setelah kurang lebih sebulan sejak pertemuan pertama dulu, dia kembali muncul. Kudapati ia sedang duduk di teras depan rumah kos menunggu aku pulang dari kantor. Katanya ia menunggu sejak maghrib tadi. Terus terang aku surprise dengan kedatangannya yang tampaknya sangat diniati itu. Tentu saja aku senang. Karena ia pasti punya maksud lebih dari sekedar ingin menawarkan jasa pemijatan.
“Kok tahu kalau saya lagi pegal-pegal?” aku mulai becanda setelah kami saling bersalaman dan bertegur sapa layaknya kawan akrab. Ia cuma ber-’he he he’ saja menanggapi guyonanku. Segera kupersilakan ia masuk ke kamar. Saat itulah aku menanyakan namanya dan ia menanyakan namaku. Lucu juga, kami baru berkenalan setelah sekitar sebulan ketemu.
Ternyata ia baru datang dari kampungnya. Ia membawa travel bag penuh berisi pakaian dan oleh-oleh. Ada sebulan ini ia pulang ke kampung. Pantas, pikirku. Selama ini aku tak pernah melihatnya beredar. Waktu itu aku sempat berpikir, jangan-jangan ia kapok dengan kejadian yang pernah kami lakukan dulu.
“Ya nggak lah,” jawabnya ketika kutanyakan hal itu, “Saya pulang kampung mendadak. Paman saya sakit. Sekarang sudah sembuh,” lanjutnya bercerita.
“Oo, terus ke sini mau ngapain?” aku mencoba menggodanya. Awalnya ia agak kaget dengan pertanyaanku itu. Tapi aku lalu menetralisir dengan tawaku.
“kalau gitu, saya pulang saja deh!” balasnya pura-pura ngambek sambil ketawa.
Aku lalu berbaring melepas penat. Sementara ia sibuk dengan isi travel bag-nya dan memberiku oleh-oleh makanan khas kampungnya.
“Makasih Mas Hasbi. Sampean baik banget sih,” kataku.
“Walah, wong cuman oleh-oleh gitu kok,” sahutnya dengan nada kocak.
Hasbi kulihat tampak lebih legam. Rambut ikalnya juga terlihat agak panjang. Ia sedikit gemukan. Tapi terus terang ia jadi kelihatan lebih ganteng. Cambang dan berewoknya tampak tak tercukur. Tapi menurutku malah pas dengan kumisnya yang khas itu.
“Mas Bowo, saya boleh numpang mandi nggak?” tanyanya kepadaku. Sialan! Mendengar kata ‘mandi’, tiba-tiba ada yang mengeras di dalam celanaku.
“Boleh saja. Mau mandi bareng apa?” sahutku menggoda.
Ia memeletkan lidahnya ke arahku. Meledek. Aku geli melihat ulahnya. Tapi aku merasa ia masih ‘jaga jarak’ denganku untuk hal-hal yang sensitif. Dan aku tak mau memaksa. Lagi pula jam segini teman-teman kos sudah mulai pada pulang.
“Boleh saya pinjam handuknya?” katanya kemudian.
“Boleh,” aku lalu mengambil handuk dari lemari pakaian dan memberikan kepadanya.”Sabun dan lain-lain ada di kamar mandi, di tempat plastik warna hitam,” kataku menjelaskan.
“Ok. Makasih. Tapi saya mau ngelempengin punggung sebentar ah!,” katanya sambil berbaring di karpet.
“Tiduran di atas aja Mas,” kataku.
Tapi ia menolak. Aku lalu beranjak, nyetel musik, ganti pakaian, ambil minuman buat dia dan kembali berbaring di kasur. Kulihat matanya terpejam berbantal kedua tangannya. Sementara kakinya bergerak-gerak mengikuti irama musik. Aku mengambil koran dan mulai baca berita.
“Kamar mandinya sebelah mana?” katanya tiba-tiba. Ia sudah berdiri, bersiap mau mandi.
“Dari kamar ini ke kiri. Terus ke ke belakang, belok kanan,” kataku menjelaskan.
“Ok. Saya mandi dulu ya!” ia pamitan.
“Ok,” sahutku pendek.
Tak kuteruskan membaca koran. Karena kembali aku merasakan ketegangan di dalam celanaku. Membayangkan ia mandi, sambil menggosok tubuhnya yang padat berbulu. Ah! Aku sampai merogoh ke dalam celanaku dan mulai mengelus-elus milikku sendiri. Malam ini ada kejadian dengan dia nggak ya? Pikiranku menerawang ke mana-mana. Lalu tiba-tiba mataku tertumbuk pada handuk yang tadi kuberikan padanya, ternyata masih ada di atas kursi. Ia lupa membawanya. Segera kuambil handuk itu dan kuantar ke kamar mandi. Pikiranku makin ke mana-mana. Terus terang birahiku jadi naik. Nafasku menderu. Beberapa kali aku sampai menarik nafas.
Ada beberapa saat aku berdiri di depan pintu kamar mandi. Kebetulan waktu itu tidak ada teman kos yang kelihatan di sekitar situ. Sayup-sayup kudengar ia bersenandung. Entah lagu apa. Kontolku mulai ngaceng lagi.
“Mas Hasbi,” kataku mulai mengetuk. Baru pada ketukan ketiga pintu dibuka.
“Handuknya ketinggalan,” kataku setengah berbisik.
Ia sudah basah kuyup. Setengah tubuh bugilnya terhalang pintu. Tapi aku bisa melihat pinggulnya yang telanjang polos menyembul. Aku menelan ludah. Ia menerima handuk sambil tersenyum dan melihat ke arahku penuh arti. Sejenak kami bertatapan. Aku kembali menelan ludah.
“Makasih,” katanya dan ada gelagat untuk tak segera menutup pintu.
Aku bisa menangkap sinyal-sinyal seperti itu dalam hitungan detik, dan tak boleh kusia-siakan. Maka kudorong pintu kamar mandi. Ia diam saja, bahkan mundur untuk memberiku jalan masuk. Begitu berada di dalam, mataku langsung terarah ke kontolnya. Besar, tapi belum tegang. Jembutnya yang lebat itu tampak basah kuyup. Kami lalu bertatapan. Hampir bersamaan aku dan dia menarik nafas. Sinyal kedua. Dan aku yakin akan ada kejadian malam ini. Maka segera kulolosi pakaianku, menemaninya mandi.
Punyaku yang sudah tegang itu langsung menyembul begitu celana dalam kulepas. Ia melirik dan tersenyum. Kami lalu saling memegang. Kuraih miliknya yang mulai membesar tapi belum tegang itu. Ia sempat menghindar, menarik pinggulnya ke belakang. Tapi aku terus mendesak sampai ia terpepet ke pinggir bak kamar mandi. Tanganku langsung menggenggam. Ia langsung menggeram. Kami lalu saling meremas. Kenikmatan langsung menjalar.
Dengan gemas aku meremas kontol yang selama sebulan ini memenuhi pikiranku. Tubuhnya yang basah memperlicin gerakan tanganku. Maka tak ada satu menit, batang kemaluannya yang besar itu langsung mengeras. Aku lalu mengguyurkan air ke tubuhku. Tentu saja ia terkaget. Tapi ini cuma trik untuk membuat suara-suara supaya tidak menimbulkan kecurigaan di luar. Tanganku lalu membuka kran sehingga suara aliran airnya lumayan bisa untuk menambah kamuflase.
Sedapat mungkin kami harus menahan suara-suara yang mencurigakan. Dan ini agak susah untuk dilakukan. Karena ketika tangan kami saling meremas dengan menggunakan sabun, rasa nikmat yang timbul sangat sulit untuk kami atasi. Hasbi terus mendesis-desis keenakan. Sementara nafasku terdengar menderu dari hidung dan mulutku. Mata kami sama-sama sayu tapi saling menatap tak berkedip. Kelihatan sekali kalau ia lagi bernafsu. Matanya memicing. Mulutnya menganga dengan nafas menderu. Rambut dan kumisnya yang basah membuatnya tampak sexy. Ada dorongan kuat ingin menciumnya. Tapi aku berusaha menahan diri. Takut malah merusak acara. Maka aku hanya bisa mendekatkan wajahku, sambil menikmati hembusan nafas birahinya yang panas menerpa-nerpa pipiku.
“Mau dikeluarin di sini?” tanyaku berbisik
“Terserah..,” desahnya
“Enak?” tanyaku lagi sambil memilin kontolnya
“Enak banget..” jawabnya sambil membalas meremas kontolku dengan gerakan yang liat. Aku meringis. Memang enak..
“Mas Bowo mau dikeluarin juga?” tanyanya di sela-sela desahan
Aku diam, tak menanggapi. Aku takut kalau acaraku dengan dia hanya selesai kamar mandi ini. Terus terang malam ini aku menginginkan bisa berbuat lebih jauh dengan dia di tempat tidur.
“Atau kita ke kamar saja?” aku menawari.
Ia menggeleng dengan alasan tanggung. Berarti ia mau dituntaskan di sini. Ya sudah, pikirku. Aku pun tampaknya sudah tak kuat menahan desakan rasa nikmat di pangkal kemaluanku. Apalagi ia kini mulai memain-mainkan biji pelirku dengan busa sabun. Pahaku langsung meregang. Dan kurasakan tangannya malah makin menelusup ke bawah, ke celah pantatku, menggelitik sejenak, lalu kembali mengerjai biji pelir dan batang kemaluanku bergantian. Apakah ia kenal perilaku seksual sesama lelaki atau cuma kebetulan saja? Aku sempat menatap heran ke arahnya ketika ia menyentuh anusku tadi.
“Kenapa? Enak?” tanyanya sambil nyengir, menanggapi tatapanku.
“Eenghh..,” aku hanya bisa mendengus sambil mulai merambah celah pantatnya juga.
“Geli nggak?” tanyanya lagi
“Gelian mana sama ini,” sahutku sambil kutelusupkan jari tengahku ke celah pantatnya.
Suara ‘oh’ tertahan terlontar dari mulutnya. Kepalanya agak tengadah, dan matanya kemudian terpejam menikmati sentuhan jariku pada sela-sela pantatnya. Kunikmati ekspresi wajah laki-laki yang sedang kenikmatan itu. Sebuah pemandangan sexy yang jarang kulihat.
Ada beberapa menit kami masih saling merangsang dengan berbagai cara. Saling membalas. Bergantian menyentuh bagian-bagian yang kami anggap nikmat apabila disentuh. Dan acara saling ‘nyabun’ ini akhirnya mencapai puncaknya ketika Hasbi tiba-tiba mendesak tubuhku ke arah dinding kamar mandi, sambil berbisik kalau ia mau ‘keluar’. Dirapatkannya tubuhnya ke tubuhku hingga kontol kami beradu dan saling menggesek dalam kondisi penuh dengan busa sabun. Tentu saja licin dan menimbulkan rasa geli yang enak. Aku pun langsung membalas gerakan pinggulnya.
Dan akhirnya kami saling berdekapan, saling menekan dan menggesek dengan asyiknya. Beberapa saat kemudian rasa enak itu berpuncak pada semburan air kenikmatan yang datang saling menyusul. Dia muncrat duluan diiringi erangan tertahan. Lalu menyusul milikku yang muncrat dalam genggamannya. Setiap semprotan yang keluar kami iringi dengan hentakan pinggul karena rasa nikmat yang luar biasa. Ia berusaha meredam ekspresi puncak birahinya dengan cara menekan mulutnya di bahuku sementara aku menenggelamkan wajahku di lehernya. Tangan kami saling berusaha menekan pantat agar makin merapat. Kurasakan titik pusat pertemuan di selangkangan kami makin terasa licin oleh campuran sabun dan air mani. Sesekali di sisa-sisa puncak kenikmatan, aku dan dia masih saling menggesek. Rasa geli yang muncul sesekali menimbulkan desiran dan membuat tubuh kami bergetar.
Ada beberapa saat kami masih saling berdekapan di dinding kamar mandi, sebelum akhirnya membasuh badan dan menyelesaikan mandi. Aku yang pertama kali keluar dari kamar mandi, sekedar untuk melihat situasi di luar, apakah ada teman kos atau tidak. Begitu suasana kulihat aman, aku segera memberitahu Hasbi untuk segera ikut keluar.
Sesampai di kamarku, kami langsung berganti pakaian dan segera keluar untuk cari makan malam. Hasbi berniat menginap. Tentu saja aku senang. Selesai makan, kami ngobrol-ngobrol santai sambil nonton TV. Kurang lebih jam 10 kulihat ia sudah molor di sampingku. Mungkin capek setelah melakukan perjalanan dengan bis antar kota yang makan lebih dari setengah hari. Mungkin juga capek oleh acara di kamar mandi tadi.
Ia tidur memakai celana pendek dan kaos milikku. Kuamati tubuhnya. Ia memang nampak lebih berisi. Perutnya tampak penuh, bergerak seiring dengkurnya yang halus. Dengan celana pendek yang dipakainya, pahanya yang penuh bulu itu terlihat padat kokoh. Wajahnya teduh. Meskipun ia agak ‘berantakan’ dengan cambang dan brewoknya yang sudah seharusnya dicukur. Dan ketika aku melihat kumisnya, kembali ada dorongan untuk menciumnya. Tapi aku tak yakin, meski tanganku pelan-pelan mulai menyentuh bibirnya. Kurasakan hembusan hangat dari hidungnya. Ia tak bergeming, bahkan ketika kubelai kumisnya. Aku sempat menarik nafas, sebelum akhirnya kuberanikan diri mencium bibirnya.
Ada beberapa detik bibir kami bertemu. Ia tetap tak bergeming, sampai akhirnya ia mendesah dan aku segera melepas ciumanku. Aku takut ia tak berkenan. Tapi kulihat matanya tetap terpejam, hanya bibirnya sedikit bergerak-gerak seperti orang tengah mengecap sesuatu. Lalu kembali terlelap. Aku mematikan lampu dan menyusul tidur.
Subuh. Udara dingin. Kurasakan ada tangan kokoh memelukku dari belakang. Sesaat kemudian aku sadar kalau Hasbi menginap. Dan kini ia tengah mendekapku. Kurasakan hembusan nafasnya di leherku. Mungkin ia memelukku tanpa sadar, mengira aku guling. Kudengar ia masih mendengkur pelan. Di luar masih gelap. Udara dingin subuh tampaknya telah membuat Hasbi mempererat dekapannya. Kakinya melingkar di pinggulku dari arah belakang. Dan sebuah benda padat agak kenyal terasa menekan bukit pantatku. Aku terangsang. Punyaku yang sudah bangun pagi itu jadi makin menegang. Apalagi tonjolan miliknya itu makin lama kurasakan makin mengeras menekan. Sesekali aku pura-pura menggeliatkan pinggulku sekedar untuk membuat gerakan menggesek. Tanpa sadar, Hasbi makin mempererat dekapan dan belitan pahanya ke tubuhku, seolah takut ‘guling’-nya lepas. Setelah beberapa kali melakukan manuver itu, Hasbi akhirnya terbangun dan agak kaget menyadari ia tengah memelukku dari belakang.
“Sorry..” ujarnya pendek sambil menarik tangan dan kakinya yang tadi membelitku.
“Ehh.. sudah bangun?” balasku seolah-olah aku juga baru terbangun.”Ada apa?” lanjutku pura-pura tak tahu.
“Nggak. Dingin aja,” sahutnya pendek.
“Sama,” kataku sambil memegang pinggangnya.
Ia diam saja, tapi kemudian pura-pura memukul perutku. Kupegang tangannya. Ia mengelak, dan kemudian malah melingkarkan tangannya. Memeluk tubuhku. Lalu kubalas pelukannya. Sesaat kemudian kami saling mendekap, saling mengelus punggung, makin dekat, makin erat. Lalu tiba-tiba tubuh kami sudah saling tindih, saling menggesek dalam dinginnya udara subuh.
Kudengar ia mulai mengeram pelan setiap bagian depan tubuh kami bersentuhan. Tak jarang ia membuat gerakan menekan, sehingga aku bisa merasakan kalau kemaluannya sudah mengeras. Ada beberapa saat kami bergelut dengan cara seperti itu. Sampai akhirnya kucoba menelusupkan tanganku ke celana pendeknya. Ia mendengus merasakan genggamanku. Ia lalu membalas. Maka acara pun berganti menjadi acara saling meremas.
Ia yang pertama kali menarik lepas celanaku, lalu menelanjangiku sebelum ia sendiri melepas seluruh pakaiannya. Oh, akhirnya kudapatkan laki-laki ini. Semua yang diinginkannya kini adalah mengajakku main sex pagi ini. Menyalurkan hasratnya yang sejak selama ini terus kupancing untuk dilampiaskan padaku.
Tubuh bugilnya langsung menghimpit tubuhku. Menekan dan menggesek-gesek. Sesekali ia menyelipkan kontolnya ke celah pahaku yang basah oleh keringat. Lalu tubuhnya menyentak, menyodok-nyodok. Kasar sekali.
“Masshh..” bisikku ke kupingnya, “Pelan-pelan..”
“Hheehh..” ia hanya mendengus lalu kembali menggeluti tubuhku.
Sejenak kemudian kuputar tubuhnya sehingga gantian aku yang menindihnya. Nafasnya menderu penuh nafsu. Perutnya yang penuh bulu itu tampak basah berkeringat. Kugenggam batang kemaluannya dan kukocok pelan-pelan. Ia mulai menggelinjang. Keenakan.
“Isapp.. Mass..” rintihnya tiba-tiba. Lalu kudekati wajahnya yang menegang penuh nafsu itu.
“Cium dulu..” kataku mencoba bernegosiasi.
Kudekatkan bibirku ke bibirnya. Sejenak kami saling bertatapan, sebelum akhirnya ia membuka bibirnya untuk kucium. Kucari cara agar ia benar-benar bisa menikmati ciuman antar lelaki ini. Kujilati dan kukulum bibirnya, kumasukkan dan kumainkan lidahku ke mulutnya, kucium ia dengan mesra, liat, bergantian. Dan ketika lidahnya kurasakan mulai mencoba masuk ke mulutku, aku merasa berhasil membuatnya menikmati ciuman dengan seorang lelaki.
Setelah puas berciuman, aku langsung menuju ke bawah untuk memenuhi keinginan oral seks-nya. Tubuhnya langsung menggeliat. Kedua kakinya meregang lebar-lebar, sehingga kepalaku leluasa menyelip. Kupegangi kedua pahanya dan kubenamkan wajahku ke selangkangannya. Bau tubuhnya yang segar langsung menyergap. Bulu kemaluannya yang lebat pun langsung menyeruak menggelitik hidung dan pipiku. Aku menghisap dan terus menghisap. Entah berapa banyak air liurku berlelehan di sekujur kontolnya. Sesekali kuusap dan kuremas kantung pelirnya dan kupermainkan tonjolan bijinya. Ia tersentak dan mengerang setiap kulakukan itu. Aku berharap ia tak segera ejakulasi, karena sebenarnya aku belum puas melamuti kontolnya. Tapi ketika aku mencoba menarik mulutku, tangannya langsung menekan kepalaku. Dan aku pun akhirnya harus menyelesaikan semuanya sampai ia orgasme. Spermanya sengaja kubiarkan menyembur ke dalam mulutku, berkali-kali. Baunya khas dan terasa masih segar di pagi hari ini. Usai pelepasan hasrat birahi itu, tubuhnya langsung menggelosor penuh kepuasan.
Beberapa saat kemudian kutindih tubuhnya. Tapi ia mengelak dan bergantian menindihku. Kurasakan tangannya menggenggam milikku. Meremas dan sesekali mengocoknya. Mata kami sempat bertatapan lama. Pandangannya sayu. Mungkin karena sisa orgasmenya masih ia rasakan. Sementara aku hanya diam menatapnya. Mataku meminta ia melakukan sesuatu padaku. Aku ingin tuntas. Mudah-mudahan ia mengerti maksud tatapanku.
“Kenapa?” tiba-tiba ia menanyaiku dengan mimik kocak. Mungkin ia menangkap tatapanku yang rada aneh.
“Jangan cuma dikocok dong..,” balasku sambil mengelus tangannya yang masih terus memegangi milikku.
“Terus diapain?” sahutnya.
Aku ragu menyampaikan keinginanku. Tapi melihat sikapnya yang agak santai, aku akhirnya meminta ia untuk memilih: melakukan oral atau anal seks untukku. Kulihat wajahnya agak ragu, menimbang-nimbang. Sesaat kemudian ia tersenyum nakal ke arahku.
“Punya pelumas nggak?” tanyanya.
Rupanya ia memilih untuk menyetubuhiku saja. It’s all right. Mungkin ia berpikir bahwa perbuatan itu tak ubahnya persenggamaan normal dengan perempuan. Sementara oral seks terhadap laki-laki mungkin sesuatu yang masih aneh buat dia.
“Sudah pernah?” tanyaku sambil menyerahkan sebotol kecil baby oil padanya. Ia menggeleng dengan mimik yang lucu.
“Tapi saya tahu caranya..,” ujarnya sambil mulai mengoleskan cairan licin itu ke sekitar anusku.
Ia seorang pemijat. Ia tahu tahu apa yang harus diperbuat. Sejenak saja celah anusku telah digarap oleh jari-jarinya. Aku pasrah saja. Bahkan ketika ia mulai melakukan penetrasi. Semuanya berjalan lancar karena celahku bukan sekali ini saja dimasuki batang laki-laki.
Gerakannya lembut. Sepertinya ia tengah menikmati sebuah sensasi baru. Posisi kami yang saling berhadapan memungkinkan mata kami saling bertatapan. Kulihat ia mulai mendesis dan sesekali melenguh kenikmatan. Aku pun mulai kenikmatan dengan sodokan-sodokannya yang lembut dan ritmis. Akhirnya kami saling memacu dengan nafas yang makin lama makin menderu. Dan ketika ia menyambar kontolku dan mulai mengocoknya, aku merasakan sebuah kenikmatan yang sangat tinggi. Sampai akhirnya pejuhku muncrat berhamburan membasahi perutnya. Dan beberapa saat kemudian ia pun mencapai puncak kenikmatannya dengan membenamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya, memeluk tubuhku dan menggigiti bahu kananku. Aku yakin ia telah bisa menikmati semua ini. Menikmati hubungan sesama lelaki. Memang semua ini baru awal. Tapi aku yakin akan ada kesempatan bagi kami berdua untuk ketemu dan melakukan semua ini di hari-hari selanjutnya.
Keringat berlumuran di tubuh kami berdua. Hawa kamar rasanya panas sekali. Padahal di luar pagi masih sangat dini. Masih subuh, dan cahaya matahari sama sekali belum muncul. Tapi hari ini rasanya aku telah mendapat sebuah matahari baru yang lebih hangat dan terang dalam kehidupanku.

NASIB BURUK TIDAK SELALU BERAKHIR BURUK

15 Desember 2010 tommylovezacky 27 komentar
Namaku Bryan Sylvester. Aku tinggal di Indonesia , namun aku memiliki darah Inggris dan Perancis. Papaku berasal dari perancis, mamaku dari inggris (ayah dari mamaku adalah orang Indonesia , sedangkan mama dari mamaku adalah orang inggris). Perawakanku cukup tinggi, yaitu 194 dengan berat badanku 87kg di usiaku yang menginjak 24. aku masih kuliah dan sedang menyusun skripsi. Aku memiliki seorang kekasih yang sangat cantik. Ia bernama Angle, dia satu semester di bawahku. Aku bertemu dengannya saat aku di semester dua. Ia mengambil jurusan yang berbeda denganku.
Terkadang, saat aku tidak mau coli, pasti aku akan kerumahnya dan bermain dengannya. Dia kehilangan keperawanannya saat bermain denganku. Sungguh asik memerawani perempuan, memeknya masih ketat. Arrghh menggigit kontolku yang besar berukuran 22cm dan tebal hampir 4 cm (maklum keturunan eropa, namun tidak seperti bule kebanyakan yang agak lemes, namun kontolku ini kuat keras seperti baja akibat aku memiliki darah Indonesia )
“jel, aku lagi pengen nih, aku kerumah kamu ya?”, kataku melalui telepon
“hmm.. ok, jam 4 ya, kebetulan bonyok pergi jam 4”
“ya udah deh, see you honey”
Kututup telepon itu sambil melihat jam tangan Jacque Martin ku, baru jam 2, hmm harus sabar menahan birahi. Aku pulang kerumah dulu sambil beristirahat mengumpulkan tenaga untuk nanti jam 4. saat aku membuka pintu dan melewati ruang tamu, aku melihat paman ku yang sedang menginap dirumahku selama beberapa hari, menurutku Ia adalah seorang yang gagah, di usianya yang baru menginjak 40 ia masih tetap menjaga kondisi badannya, aku tau ia memiliki badan yang sixpack berbulu, karena ia sering bertelanjang dada (ohya ia berani membuka bajunya karena mama dan papaku adalah orang kantor yang selalu melakukan pekerjaannya dikantor). aku menyapanya dan menurunkan sedikit Koran yang sedang ia baca dan tersenyum kepadaku. Aku langsung masuk ke kamar yang berada di lantai 2. disitu ada kulkas kecil, aku mengambil coca-cola dan menengguknya, lalu rebahan. Aku memasang jam weker ku agar aku tidak ketiduran.
Krriiiiiinnnnnngggg… jam wekerku berbunyi, aku bangun dan cuci muka, teringat janjiku untuk ngentotin angel Hmm.. aku mengambil tas berbahan silicon bening kesukaanku, kumasukan beberapa kondom. lalu aku berangkat menuju rumahnya. Stengah jam kemudian akhirnya aku sampai dirumahnya, ku ketuk pintu pagar , keluar seorang lelaki tampan,
“cari siapa ya?”, katanya datar.
“angelnya ada?”, tanyaku
“silahkan masuk dulu, angel sedang keluar”,
Setelah masuk ia menawarkanku minum, setelah berbincang2 ternyata aku baru tahu bahwa ia adalah kakak angel. Hmm pacarku cantik sekali, kakaknya juga ganteng. Sama seperti diriku ini hahaha.
“oh ya ada apa ya kamu kemari?” tanya ko stephen
“oh.. anu. itu.. aku ingin .. main aja sama dia, mau ngapel biasa laah hehe” jawabku gugup, bisa kacau nanti kalo kokonya tau yang sebenarnya, ckck
“lalu untuk apa kamu bawa kondom2 itu?” katanya sambil menunjuk tasku. oh tidak! kacau semua!
“inii.. ini..”
“kamu mau apakan adikku? kau sudah pernah main sebelumnya?! jujur!!” ia mencengkram kerahku dan ia mengamuk persis di depan wajahku, wajahku dan wajahnya hanya terpisah 2cm. aku semakin takut melihat matanya yang coklat muda itu.
“i.iya.iya ko, aku pernah ‘main’ dengan adik koko” kataku
“sini aku beri pelajaran kau!” ia menarikku ke dalam kamar, aku yakin aku akan disiksa, sungguh aku takut sekali.badannya yang kekar menarik tubuhku. tetapi aku melihat sedikit keganjalan. mengapa ia harus mengunci pintu dan membuka bajunya?
“ampun ko, mau koko apain diriku?”, aku mulai mengerti apa yg akan dilakukannya, aku semakin panik.
“apa yang telah kamu lakukan terhadap adikku? apa yang pernah kau perbuat?”
“bermain sex”
“aku akan menghukummu, dan hukumannya persis seperti apa yang kamu lakukan terhadap adikku”
“jangan koo! ampuun!”
“tidak ada kata ampun!”
sekarang ia sudah telanjang, hanya CD yang tersisa, nyaliku tambah ciut setelah melihat batang kejantanannya yang jauh lebih besar dibanding punyaku, dan membayangkan kejadian buruk yang akan terjadi. ia mulai membuka bajuku, aku berontak.
“diam kamu!! atau akan kusiksa lebih kejam lagi!”
aku tak berani lagi melawan, tubuhku sudah telanjang bulat sekarang. ia menyodorkan kontol supernya untuk aku emut, tapi aku berontak lagi.
“ok, kita main kasar aja”
lalu ia bergegas mengambil tali tambang dan mengikatkan tangan dan kaki di setiap sudut kasur. namun bagian kaki diikat tinggi sehingga pantatku terekspos. ia mengancam jika aku tidak mau ngemut kontolnya maka aku akan disiksa bahkan akan dipermalukan, dengan cara menggiring aku ke sekeliling kompleks telanjang bulat siang hari. dari pada malu, maka aku terpaksa harus mengemutnya. belum lama mengemut, perutku terasa sangat mual. lalu terdengar bunyi bel pintu. rasanya bel itu adalah penolong, ia keluar sambil bersungut-sungut. selagi ia keluar, aku berusaha untuk melepaskan ikatan tali ini, tapi ikatannya sangat kuat. tanganku perih karena bergesekan dengan permukaan tali yang kasar. aku mendengar mereka bercakap-cakap, lalu terdengar seperti langkah mendekat. pintu terbuka dan aku kaget saat melihat siapa yang datang. tidak hanya ko stephen tapi ia bersama pamanku. PAMANKU! apa yang dia lakukan!
“paman! tolong aku!”
“aku akan menolongmu nak, tapi biarkan aku mencicipimu. hehe”
“paman please tolong aku! bagaimana paman bisa kemari?”
“pada saat kamu keluar rumah, paman melihat beberapa kondom di dalam tas beningmu itu, paman ingin tau apa yang akan kamu lakukan dengan kondom2 itu. maka dari itu paman mengikutimu”
“aaarrgghh paman bejat! tolong aku!”
“ya paman memang bejat!”
lalu ia terburu2 membuka seluruh pakaiannya. makin tercengang diriku melihat kontol paman yang tak kalah besar dengan punya ko stephen.
lalu paman mulai mendekat ke arahku dan ia memakai kondom yang ada di dalam tasku ke penisnya, ia mengangkat sedikit pantatku, aku makin ngeri saja.
“jangan paman sakit”rintihku
“coba dulu sayang, kau akan menyukainya” ia mulai mencoba memasukan penisnya yang lebih besar dari terongkedalam anusku. saat kepala kontolnya masuk, aku menjerit kesakitan,
“stephen! sumpal mulutnya!” kata paman
“baik!”
ia lalu menyumpal mulutku dengan kontolnya.
“awas! kalau kau berani menggigit kontolku, aku tak segan2 memotong lidahmu!”
aku ketakutan, jijik, sakit bercampur aduk, sepertinya paman belum berhasil memasukkan seluruh batang supernya ke dalam analku, terlalu sempit.
“shit! your ass hole is very tight! virgin!”
“ahh.. ahh terus sepong kontolku, aahhh nikmat”
“AAAAARRRGGGHHH!!” aku teriak sejadi2nya saat kontol paman secara mendadak menusukan seluruh batangnya kedalam analku. tanpa ampun ia langsung memompa keluar masuk. aku diperkosa, mulutku diperkosa, lobang pantatku diperkosa. lobangku terasa perih sakit dan sepertinya berdarah karena sakitnya minta ampun.
“aah aah aahh fuck you! aah aahh tight ass! ahha ahhhh” erang pamanku
“aahh im cuming babe, aahhhhhaahhhhhh AAHHH CROOOOT CRROOOOTTT CRROOOOT”
aku merasa sesuatu yang hangat nembak ke ususku. aku masih belom bisa menikmati enaknya disodomi.
“ahhh enak banget. step, mo nyobain?”
“pengen banget!”
ia langsung melepaskan kontolnya dari mulutku lalu tanpa kondom langsung menancapkan penisnya.
“aaarrgghh! rasa perih itu kembali muncul.
“gila, udah dipake masih tetep seret!”
“eh step, kok gk pake kondom?” tanya paman
“udah  la om, udh mau keluar ini, bentar lagi juga keluar, abisnya enak disepongin.hehe”
ia semakin keras melakukan bareback. hardcore banget!
perlahan namun pasti aku mulai dapat menikmati enaknya disodomi karena g-spot lelaki (prostat) di hajar secara terus menerus mengakibatkan rasa nikmat.
“aah aah aahh fuck me! aah harder!” tanpa sadar aku berkata demikian, kontolku mulai menegang. mereka tercengang, lalu sebentar tertawa.
“sekarang lu udah jadi homo! hahha aah aaaahhh CROOOT CROOOOOOT CROOOT CROOOOT” setelah berkata demikian akhirnya ko stephen muncrat,

lalu semuanya lemas, dan rebahan, aku belum puas, sehingga aku berkata dengan sedikit jengkel.
“hai kalian, jangan mau enaknya aja dong! aku belum terpuaskan nih!”
“lalu kamu mau kami melakukan apa?” tanya ko stephen.
“entoti aku lagi!”
“baiklah! om, bagaimana kalau kita coba double fuck?”
“boleh. bagaimana menurutmu, bryan?”
“terserah!”
mereka langsung mengambil posisi, sebelumnya ko stephen melepaskan ikatan kedua kakiku agar dapat lebih leluasa. ko stephen mengambil posisi dibawah tubuhku, sedangkan paman diatas tubuhku, mereka berusaha memasukan kedua kontol tak berkondom mereka ke dalam lobang pantatku. perlahan tapi pasti kedua kepala kontol itu masuk
“AAARRRGGHHH!!” teriakku, sungguh sakit lobangku, karena di robek lebih lebar. akhirnya semuanya masuk. sempat aku terpikir untuk menyerah, karena rasa sakitnya, namun rasa birahi lebih besar dibanding rasa sakit itu.
“aahh aahh enak aahh fuck . ayo entotin aku lebih keras lagi!”
“aaahhh i’m cummiiinnng!!” jeritku disertai muncratnya spermaku ke tubuh pamanku. saat aku orgasme, lobangku menjadi lebih ketat memijat kontol mereka sehingga mereka terasa lebih dirangsang, sehingga mereka berdua tidak kuat lagi dan jebol lah pertahanan mereka di waktu yang hampir bersamaan.
croooot crooootooooooot

lobangku terasa penuh oleh pejuh, dan banyak yang meleleh keluar beserta darahku.
“thanks all” kataku
“sama-sama” kata mereka berdua tanpa mengubah posisi.
“lain kali aku mau lagi ya hehe” kataku
“iya” kata ko stephen.
“kapanpun, kan aku masih dua minggu lagi dirumahmu” kata pamanku.
tanpa mencabut kontol, kita tertidur pulas.
inilah kenyataan, bahwa kejadian yang kita kira buruk tidak selalu berakhir buruk :)